Pengaruh Pengawet, Kesehatan Tubuh, Pengertian Pengawet, Macam-macam Pengawet, Gula tebu, Gula merah, Garam, Kunyit
PENGARUH PENGAWET ALAMI DAN BUATAN PADA JAGUNG TERHADAP KESEHATAN TUBUH MANUSIA
Pendahuluan
Makanan adalah hal pokok yang harus ada di dalam hidup manusia, tanpa makanan manusia tidak mempunyai energi untuk beraktivitas. Dewasa ini tampaknya dengan pola hidup manusia yang sudah berkembang mengharuskan makanan untuk dapat bertahan lama selama mungkin. Bagaimana cara agar makanan yang akan kita makan dapat bertahan lama?Jawabannya tentu saja adalah mengawetkan makanan tersebut. Dengan demikian dalam karya tulis ini saya akan mencoba untuk menjelaskan bagaimana pengawet tersebut bekerja dalam makanan dan dampaknya pada tubuh manusia.
Pembatasan Masalah
Banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam permasalahan ini, maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang jelas mengenai apa yang dibuat dan diselesaikan dalam penelitian ini.
Adapun batasan-batasan masalah pada teks rekaman percobaan ini sebagai berikut:
- Berfokus pada bagaimana pengawet bekerja dan hasil penelitian berdasarkan apa yang sudah dilakukan dalam percobaan.
- Pengaruh pengawet pada tubuh manusia, baik pengawet alami dan buatan.
Perumusan Masalah
- Pengertian pengawet dan kegunaanya?
- Macam-macam pengawet dan contohnya?
- Bagaimana cara pengawet bekerja dalam mengawetkan makanan?
- Bagimana pengaruh pengawet pada tubuh manusia?
- Bagaimana hasil percobaan pada jagung yang diawetkan?
Tujuan Pembahasan
- Mengetahui pengertian pengawet dan kegunaannya
- Mengetahui macam-macam pengawet dan contohnya
- Mengetahui bagaimana pengawet bekerja dalam mengawetkan makanan
- Mengetahui pengaruh pengawet pada tubuh manusia
- Mengetahui hasil percobaan pada jagung yang diawetkan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa itu pengawet serta dampaknya pada tubuh manusia baik pengawet alami maupun buatan. Serta hasil percobaan keawetan makanan yang diberi pengawet dan yang tidak.
Sumber Data dan Metode
Karya tulis ini disusun berdasarkan hasil pencarian informasi baik dari media sosial maupun buku. Hasil penelitian pun didapatkan berdasarkan observasi selama satu minggu setelah melakukan percobaan.
Bahan pengawet adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam produk seperti makanan, minuman, obat-obatan, cat, sampel biologis, kosmetik, kayu, dan produk lainnya untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroba atau oleh perubahan kimiawi.
Secara umum, pengawetan dilakukan melalui dua cara, yaitu secara kimiawi atau fisik. Pengawetan kimiawi melibatkan penambahan senyawa kimia ke dalam produk. Pengawetan fisik melibatkan berbagai proses seperti pembekuan atau pengeringan.
Macam-macam Pengawet
Pengawet terdiri dari dua jenis, yaitu bahan pengawet alami dan bahan pengawet buatan. Bahan pengawet alami adalah bahan pengawet yang berasal dari bahan alam atau bukan dari bahan kimia, sedangkan bahan pengawet buatan adalah bahan pengawet yang dihasilkan melalui proses kimia dan biasanya tidak baik untuk manusia.
Contoh bahan pengawet alami yaitu;
Gula tebu
Gula tebu memberi rasa manis dan bersifat mengawetkan. Buah-buahan yang disimpan dalam larutan gula pekat akan menjadi awet karena mikroorganisme sukar hidup di dalamnya.
Gula merah
Selain sebagai pemanis gula merah juga bersifat mengawetkan seperti halnya gula tebu.
Garam
Garam merupakan pengawet alami yang banyak dihasilkan dari penguapan air laut. Ikan asin dapat bertahan hingga berbulanbulan karena pengaruh garam.
Kunyit
Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
Kulit kayu manis
Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma.
Cengkih
Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma.
Tawas
Tawas biasanya digunakan untuk mengawetkan kuah agar tidak cepat busuk dan segar
Contoh bahan pengawet buatan yaitu;
Asam Asetat
Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai asam cuka. Bahan ini menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak akan mengganggu selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
Benzoat
Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat (garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan jenis ini.
Sulfit
Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit. Potongan kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan bahan ini.
Propil galat
Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak atau lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis. Propil galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan.
Propianat
Jenis bahan pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam kalium atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.
Garam nitrit
Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue kering. Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya, pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
Sorbat
Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam atau garam sorbat. Sorbat sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari buah, keju, anggur, dan acar. Asam sorbat sangat efektif dalam menekan pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang diperbolehkan.
Mekanisme Kerja Pengawet
Mekanisme kerja senyawa antimikroba berbeda-beda antara senyawa yang satu dengan yang lain, meskipun tujuan akhirnya sama, yaitu menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba. Larutan garam NaCl dan gula yang digunakan sebagai bahan pengawet seharusnya lebih pekat daripada sitoplasma dalam sel mikroorganisme. Oleh sebab itu, air akan keluar dalam sel dan sel menjadi kering atau mengalami dehidrasi.
Kerja asam sebagai bahan pengawet tergantung pada pengaruhnya terhadap pertumbuhan mikroorganisme, seperti bakteri, khamir dan kapang yang tumbuh pada bahan pangan. Penambahan asam berarti menurunkan pH yang disertai dengan naiknya konsentrasi ion hidrogen, dan dijumpai bahwa pH rendah lebih besar penghambatnya pada pertumbuhan mikroorganisme. Asam digunakan sebagai pengatur pH sampai pada harga yang bersifat toksik untuk mikroorganisme dalam bahan pangan. Efektivitas suatu asam dalam menurunkan pH tergantung pada kekuatan, yaitu derajat ionisasi asam dan konsentrasi, yaitu jumlah asam dalam volume tertentu (misalnya molaritas). Jadi asam keras akan lebih efektif dalam menurunkan pH apabila dibandingkan dengan asam lemah pada konsentrasi yang sama.
Pengaruh Pengawet bagi Tubuh Manusia
Pengawet alami
Pengawet alami yang berarti berasal dari alam tentu saja tidak terlalu memiliki dampak yang negatif bagi kesehatan manusia, namun apa bila penggunaannya terlalu banyak seperti gula atau garam dapat menyebabkan penyakit yang tidak kalah berbahaya juga dari dampak pada bahan pengawet buatan. Contohnya terlalu banyak pemakaian gula tebu dan gula merah dapat menyebabkan penyakit diabetes, dan terlau banyak garam dapat menyebabkan hipertensi dan gangguan fungsi ginjal
Pengawet Buatan
Pengawet buatan dapat membuat bahan yang diawetkan menjadi tahan lama, anti jamur, dan bisa disimpang sampai jangka waktu tertentu. Namun jika makanan diberi pengawet buatan secara berlebihan atau tidak sesuai takaran dapat menghilangkan khasiat makanan itu dan penyakit-penyakit berikut;
Kesulitan Bernafas
Bahaya dari bahan pengawet adalah dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernafas. Menurut mayoclinic.com, mengurangi konsumsi makanan berbahan pengawet bisa menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan resiko terhadap penyebab asma.
Iritasi Kulit
Bahan pengawet yang terdapat di dalam makanan olahan memang sangat beragam jumlahnya. Bahan pengawet seperti sulfit yang terdapat pada makanan, jika dikonsumsi oleh mereka yang memiliki alergi terhadap sulfit bisa menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit. Bahkan kondisi alergi yang parah bisa menyebabkan seseorang mengalami kesulitan bernafas, bahkan diare.
Infeksi Sistem Pernafasan
Bahan pengawet juga sering kita jumpai pada komposisi bahan makanan, yang digemari oleh anak-anak. Bahan pengawet seperti nitrate dan nitrite ditemukan pada produk olahan daging seperti sosis, daging pada hamburger, hot dog, dan juga kornet daging sapi. Bahaya makanan cepat saji melalui bahan pengawetnya ini, biasanya banyak dikonsumsi oleh anak-anak. Jika bahan pengawet sudah menumpuk di dalam tubuh anak dan menyebar, bisa mengakibatkan terjadinya infeksi pada sistem pernafasan.
Diare
Kandungan bahan pengawet pada makan misalnya nitrite atau nitrate juga bisa menimbulkan efek jangka pendek yang tidak kalah merugikan. Efek dari kedua jenis bahan pengawet ini bisa membuat seseorang mengalami diare setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet tersebut.
Kerusakan Jantung
Banyak penelitian yang membuktikan bahaya bahan pengawet pada makanan yang masuk ke dalam tubuh bisa menyebabkan jaringan-jaringan pada jantung melemah fungsinya. Bahkan sebuah penelitian yang melakukan percobaan pada tikus, yang terus menerus diberi makanan yang mengandung bahan pengawet menunjukan bahwa kerusakan terjadi pada jantung tikus tersebut secara terus menerus dan semakin buruk kondisinya.
Kerusakan Ginjal
Bahan pengawet makanan seperti sodium benzoate memang diijinkan penggunaannya oleh pemerintah. Sodium Benzoate digunakan untuk mencegah tumbuhnya bakteri pada makanan sehingga makanan bisa tetap awet dan bertahan cukup lama agar dapat terus dikonsumsi. Tetapi, konsumsi makanan dengan pengawet jenis ini ternyata bisa meningkatkan resiko terhadap terjadinya kerusakan pada ginjal.
Penyakit Leukimia
Salah satu efek kesehatan fatal dari konsumsi bahan pengawet adalah leukemia atau kanker darah. Kandungna bahan pengawet seperti nitrate yang ada pada panganan olahan, bisa meningkatkan resiko kesehatan terhadap terbentuknya kanker darah ini.
8. Penyakit Diabetes
Penyakit diabetes memang bisa dikatakan tidak terlepas dari riwayat keluarga yang menjadi salah satu faktor penyebab diabetes terbanyak. Namun, penyebab lain juga bisa menyebabkan diabetes jika sangat sering mengkonsumsi produk makanan olahan yang mengandung banyak bahan pengawet.
Alat dan Bahan
Alat:
1. 3 mangkuk ukuran sedang
2. Sendok
Bahan:
1. 3 buah jagung segar
2. Air panas secukupnya
3. Gula
4. Tawas
Langkah Kerja
- Pada mangkuk pertama, jagung pertama diletakkan tanpa diberikan apapun
- Pada mangkuk kedua, larutkan gula dalam air kemudian tuangkan ke dalam mangkuk, lalu taruh jagung kedua
- Pada mangkuk ketiga, larutkan tawas dalam air kemudian taungkan ke dalam mangkuk, lalu taruh jagung ketiga
- Letakkan ketiga mangkuk tersebut di ruang terbuka dan tunggu sampai tiga hari.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan selama 3 hari, jagung pertama yang di beri tawas merupakan jagung yang paling lama membusuk, setelah itu jagung kedua yang diberi gula, dan yang terakhir jagung ketiga yang tidak diberikan apapun yang paling cepat membusuk
Kesimpulan
Pengawetan pada makanan merupakan hal yang dapat mempermudah hidup manusia, walaupun tetap saja ada resiko dan keuntungannya. Oleh sebab itu pengawetan makanan dapat sebaiknya dilakukan dengan cara alami dengan takaran secukupnya, terlebih jangan memakai pengawet yang tidak kita ketahui keamanannya guna menghindari resiko dari penggunaan pengawet tersebut
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian ini makanan yang tidak diawetkan maupun diawetkan dengan pengawet alami dan buatan sebaiknya, diolah sesuai dengan tanggal kadaluwarsa dan dengan takaran yang pas agar tidak menghilangkan khasiat dari makanan tersebut maupun menimbulkan penyakit.