Cara Pengukuran Status Gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi
Latar Belakang
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metodeantropometri, disamping itu pula, kegiatan penapisan status gizi masyarakatselalu menggunakan metode tersebut. Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuhmanusia. Antropometri dapat mencerminkan kesehatan dan kesejahteraan dariindividu dan populasi, serta untuk memprediksi performa, kesehatan, dan dayatahan hidup. (Supariasa, 2012).
Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi. Aplikasi antropometri mencakup berbagai bidangkarena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi danobesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan lanjut usia.Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuhdan metros artinya ukuran, antropometri adalah ukuran dari tubuh.Antropometri gizi adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagaimacam dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dantingkat gizi. Umumnya, antropometri digunakan untuk mengukur status gizidari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. (Supariasa,2012)
Praktikum Penentuan Status Gizi dengan metode antropometri sangat penting dilakukan khususnya bagi mahasiswa, agar dapat mengetahui bagaimana cara penentuan status gizi dengan antropometri dan variabel apa saja yang dibutuhkan.
Tujuan
Tujuan umum
Mengupayakan memperoleh data yang berkulitas baik dalam suatu survei atau penelitian.
Tujuan Khusus
- Mempelajari kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran antropometri (contoh : berat badan dan tinggi badan).
- Mempelajari sifat-sifat kesalahan pengukuran, apakah sistematis atau tidak berpola.
- Mengetahui kecenderungan arah kesalahan sistematis yang dilakukan petugas pengukur (selalu lebih besar atau selalu lebih kecil)
- Memperbaiki kesalahan dan meningkatkan kemampuan petugas pengukur dalam melakukan pengukuran.
Antropometri
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).
Keunggulan antropometri antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan, dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang jelas. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi (Istiany dkk, 2013).
Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini terjadi karena latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran (Istiany dkk, 2013).
Dibandingkan dengan metode lainnya, pengukuran antropometri lebih praktis untuk menilai status gizi (khususnya KEP) di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya dipakai untuk melihat pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), tebal lemak dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian status gizi antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB, IMT/U (Aritonang, 2013).
Ada beberapa penilaian status gizi dapat diterapkan yaitu (1) skrining atau penapisan, adalah status gizi perorangan untuk keperluan rujukan dari kelompok atau puskesmas dalam kaitannya dengan suatu tindakan atau intervensi, (2) pemantauan pertumbuhan yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan, (3) penilaian status gizi pada kelompok masyarakat yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil suatu program sebagai bahan perencanaan suatu program (Aritonang, 2013).
Pengukuran Antropometri
Berat Badan (BB)
Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam keadaan tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat tersebut, maka indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini. Prosedur penimbangan BB yaitu
(1) dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang air atau keadaan perut kosong supaya hasil akurat,
(2) meletakkan timbangan di tempat yang datar,
(3) sebelum dilakukan penimbangan sebaiknya timbangan dikalibrasi terlebuh dahulu,
(4) klien diminta melepas alas kaki, aksesoris yang digunakan dan menggunakan pakaian seminimal mungkin,
(5) klien naik ke timbangaan dengan posisi menghadap kedepan, pandangan lurus, tangan disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak gerakan, (6) catat hasil pengukuran (Aritonang, 2013).
Tinggi Badan (TB)
Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal, TB tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap TB akan tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut indeks TB/U dapat menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang, 2013). Prosedur pengukuran TB yaitu (1) memasang mikrotoa pada dinding yang rata dan tegak lurus pada lantai, (2) mikrotoa digeser keatas hingga melebihi tinggi anak yang akan diukur, (3) klien berdiri tegak lurus rapat ke dinding, (5) posisi kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke dinding, pandangan lurus ke depan, (6) membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata sejajar dengan angka yang ditunjuk pada garis mikrotoa (Aritonang, 2013).