Teknologi Internet Mempengaruhi Perkembangan Ekonomi | Pengaruh Orientasi Belanja Online | Pencarian Informasi Online
Pengaruh Orientasi Belanja dan Gender Differences Terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online
Seiring perkembangan zaman, persaingan pasar semakin hari terasa semakin ketat. Semakin banyak penjual yang mencoba masuk ke dalam pasar yang baru. Di tengah persaingan yang semakin ketat tersebut, para penjual pun berlomba-lomba untuk mendapatkan pembeli.
Berbagai macam cara akan dilakukan para penjual untuk meraih banyak pembeli, dimulai dari menawarkan kualitas super, harga yang miring, hingga menawarkan kemudahan-kemudahan lain seperti layanan pesan antar.
Berbagai macam cara akan dilakukan para penjual untuk meraih banyak pembeli, dimulai dari menawarkan kualitas super, harga yang miring, hingga menawarkan kemudahan-kemudahan lain seperti layanan pesan antar.
Dengan semakin banyaknya penjual yang menjual barang sejenis, pembeli pun semakin sulit untuk menentukan pilihan. Berbagai alternatif yang ditawarkan penjual menjadi penentu seseorang untuk membeli produknya. Tak jarang para pembeli sering keluar masuk berbagai macam toko hanya untuk mendapatkan sebuah barang yang sesuai dengan keinginannya. Tetapi berbeda dengan mereka yang memiliki sedikit waktu untuk berbelanja. Mereka tidak mau membuang waktunya untuk keluar masuk toko hanya untuk mendapatkan sebuah barang. Mereka menginginkan kemudahan dalam melakukan pembelian barang yang diinginkannya.
Pencarian informasi merupakan tahap penting dalam model pengambilan keputusan konsumen. Internet dapat mempermudah pencarian online dan pembelian aktual (Nam, 2003:40). Sebelum konsumen melakukan pembelian, seperti biasa mereka sebelumnya akan mencari informasi mengenai produk yang diinginkannya, atau pun produk yang sedang ditawarkan oleh penjual.
Bagi konsumen online, pencarian informasi tersebut bisa didapat melalui search engine di internet, atau dengan berkeliling keluar masuk toko online. Informasi yang dikumpulkan bisa berupa harga, merek, spesifikasi barang, bentuk, bahan material, dan lain-lain yang selanjutkan dijadikan bahan pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian.
Fenomena tersebut menjadikan peluang bagi para penjual untuk memanfaatkan teknologi yang menawarkan kemudahan bagi mereka, yaitu internet. Internet adalah jaringan publik luas dari jaringan komputer yang menghubungkan pengguna di seluruh dunia satu sama lain dan menghubungkan mereka dengan “penyimpanan informasi” yang sangat besar (Kotler dan Armstrong, 2010:237). Jumlah pengguna internet yang besar dan semakin berkembang, telah mewujudkan budaya internet. Berdasarkan survey yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia semakin meningkat (tabel 1.1). Dimulai dari tahun 2000, prosentase penduduk Indonesia yang menggunakan internet sebesar 1%, kemudian di tahun 2007 menjadi 8,9%, lalu meningkat hingga 10,5% di tahun 2008, dan terus meningkat di tahun 2010, yakni sebesar 12,3%. Penelitian yang dilakukan Yahoo bersama TNS pada tahun 2010 kepada responden pengguna internet menunjukkan bahwa 64% pengguna internet di Indonesia adalah pada kelompok usia 15-29 tahun sedangkan kelompok usia 30-34 tahun sebanyak 16% (Alfiyah, 2012). Data juga menunjukkan bahwa pemanfaatan internet sebagai media jual-beli saat ini didominasi oleh kalangan anak muda, baik itu sebagai penjual maupun pembeli. Hal tersebut tidaklah mengherankan, karena sebagian besar dari para pengguna internet aktif adalah orang-orang yang berusia 17-40 tahun.
Internet juga mempunyai pengaruh yang besar atas ilmu dan pandangan dunia. Dengan hanya berpandukan mesin pencari seperti Google, pengguna di seluruh dunia mempunyai akses internet yang mudah atas bermacam-macam informasi. Perkembangan Internet juga telah mempengaruhi perkembangan ekonomi. Teknologi ini dimanfaatkan oleh beberapa penjual yang ingin memasuki pasar baru atau pun melebarkan sayap usahanya. Penggunaan teknologi internet merupakan pilihan yang populer dipilih oleh para penjual beberapa tahun belakangan ini. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan cara tatap muka (dan sebagian sangat kecil melalui pos atau telepon), kini sangat mudah dan sering dilakukan melalui Internet. Proses jual beli yang didukung dengan perangkat elektronik, terutama internet ini dikenal dengan nama e-commerce (Kotler dan Armstrong, 2010).
Dalam usaha untuk mendapatkan banyak pembeli, para pedagang mencoba mempromosikan barang dagangannya melalui internet. Tidak hanya itu, banyak juga para pedagang yang membuat suatu situs tertentu yang disebutnya sebagai ‘toko online’, untuk memenuhi kebutuhan para konsumen yang menginginkan kemudahan dalam berbelanja. Toko online merupakan pilihan mudah bagi orang yang memiliki sedikit waktu untuk berbelanja, namun memiliki banyak kebutuhan untuk dipenuhi. Mereka bisa memilih dan membeli barang yang diinginkan kapanpun tanpa harus pergi ke toko ataupun pusat perbelanjaan. Mereka hanya tinggal duduk santai di rumah atau bisa saja di kantor, kemudian membuka internet lalu mulai melakukan pencarian terhadap barang yang diinginkannya. Cukup dengan beberapa klik, barang yang diinginkannya tersebut akan segera dimiliki. Banyak diantara toko
online tersebut yang tidak memiliki toko nyata. Jadi, mereka hanya mengandalkan internet sebagai media pertemuan antara penjual dan pembeli.
Ada beberapa alternatif media yang digunakan bagi para penjual untuk menawarkan produknya secara online, melalui blog salah satunya. Sebut saja Blogspot, Multiply, blogger.com, dan masih banyak lagi. Blog tersebut dapat dimiliki dengan mudah secara gratis. Penjual bisa menambahkan ornamen-ornamen sendiri yang sesuai dengan barang yang dijualnya ataupun sesuai kepribadian pemilik toko. Selain itu, blog tersebut juga menawarkan template menarik yang dapat digunakan para penjual untuk menarik minat pembeli.
Situs jejaring sosial seperti facebook , instagram dan twitter pun kini sudah mulai banyak digunakan pagi para penjual untuk mendirikan toko online-nya. Berbeda dengan blog, penampilan toko online di situs jejaring sosial tidak dapat disesuaikan dengan keinginan pribadi pemilik toko. Mereka hanya bisa menampilkan gambar-gambar produk yang akan dijual. Alternatif lain yang dapat dipilih adalah dengan membuat situs web sendiri. Disini penjual lebih bebas dalam menentukan tampilan yang akan digunakan untuk toko onlinenya tersebut. Situs web bisa didapatkan secara gratis, ataupun dapat juga
dengan menggunakan situs web yang berbayar.Sebuah survei yang dilakukan oleh perusahaan Nielsen, menunjukkan bahwa sekitar 85% dari responden telah melakukan pembelian secara online.
Hal ini menunjukkan perbaikan dalam tren belanja online. Klaim lain adalah bahwa sekitar 50% dari orang yang menggunakan internet di seluruh dunia, adalah pembeli online aktif. Sebuah survei yang dilakukan sekitar tahun 2009, tentang jumlah pembeli online, tercatat sekitar 627 juta orang melakukan transaksi online, kemudian telah meningkat sekarang menjadi 875 juta orang. Orang-orang dari Negara-negara seperti Korea, Jerman, Inggris, Jepang dan Amerika Serikat, adalah mereka yang sangat gemar belanja online (sumberdaya.web.id).
Di Indonesia sendiri, berdasarkan temuan Nielsen bertajuk Global Nielsen Consumer Report 2009, sebanyak 47% masyarakat di Indonesia pernah melakukan transaksi online. Berdasarkan gambar 1.1 diatas, terlihat Item yang paling popular ditransaksikan adalah reservasi tiket pesawat, yakni sebesar 40%. Selain itu, item lain seperti kategori buku diminati konsumen sebesar 37%, kategori baju, aksesoris, dan sepatu sebesar 21%, serta kategori barang elektronik juga sebesar 21% (Chandrataruna, 2010). untuk persentase penetrasi penduduk Indonesia yang pernah melakukan belanja online, berdasarkan catatan MarkPlus Insight tahun 2010, baru sebesar 6,3%. Namun, ketika survei kembali dilakukan pada bulan April 2011, penetrasi belanja online meningkat dua kali lipat menjadi 12,7%. Data ini menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu belanja melalui internet akan semakin meningkat ke depannya (Hassanuddin, 2011).
Dalam belanja online, gender dapat mempengaruhi kegiatan belanja. Meskipun di jaman globalisasi sekarang ini kesetaraan gender selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat, bahkan pria dan wanita dianggap memiliki kemampuan yang sama dalam memutuskan berbelanja online, tapi dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa gender merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi konsumen dalam perilaku belanja secara online (Prabowo dan Suwarsi, 2009:108).
Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa terdapat perbedaan jumlah produk atau jasa yang dibeli secara online antara pembeli pria dan wanita (Leonard dalam Lim et al, 2010:158). Gender dikatakan merupakan faktor yang membedakan frekuensi pembelian online (Wells dan Chen dalam Prabowo dan Suwarsi, 2009:108). Selanjutnya dalam penelitian yang dilakukan Prabowo dan Suwarsi (2008), juga terdapat perbedaan dimensi shopping orientation, online search information, dan online purchase antara pria dan wanita.
Berdasarkan penjelasan yang telah diurai penulis mengenai beberapa literatur yang membahas tentang variabel orientasi belanja, gender difference, online information search dan belanja online mendorong penulis untuk meneliti variable-variabel tersebut. Sehingga diperoleh judul penelitian yaitu “Pengaruh Orientasi Belanja dan Gender Differences terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online” dengan studi kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perumusan Masalah
Dengan memodifikasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Seock dan Bailey (2008), peneliti menggunakan enam variabel independen untuk menjelaskan Orientasi Belanja, yaitu variabel Shopping Enjoyment, Brand Conscious, Price Conscious, Shopping Confidence, Convenience/Time Conscious, dan Brand/Store Loyalty. Variabel-variabel tersebut digunakan peneliti untuk mengukur pengaruh Orientasi Belanja terhadap Pencarian Informasi Online dan Belanja Online. Dalam penelitian ini, peneliti juga akan meneliti apakah terdapat perbedaan orientasi belanja antara Pria dan Wanita.
Berdasarkan uraian tersebut, maka permusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Apakah Shopping Enjoyment berpengaruh secara signifikan terhadap Pencarian Informasi Online?
- Apakah Brand Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Pencarian Informasi Online?
- Apakah Convenience/Time Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Pencarian Informasi Online?
- Apakah Price Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Pencarian Informasi Online?
- Apakah Shopping Confidence berpengaruh secara signifikan terhadap Pencarian Informasi Online?
- Apakah Brand/Store Loyalty berpengaruh secara signifikan terhadap Pencarian Informasi Online?
- Apakah Shopping Enjoyment, Brand Conscious, Convenience, Price Conscious, Shopping Confidence, dan Brand/Store Loyalty berpengaruh secara simultan terhadap Pencarian Informasi Online?
- Apakah Shopping Enjoyment berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Online?
- Apakah Brand Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Online?
- Apakah Convenience/Time Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Online?
- Apakah Price Conscious berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Online?
- Apakah Shopping Confidence berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Online?
- Apakah Brand/Store Loyalty berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Online?
- Apakah Shopping Enjoyment, Brand Conscious, Convenience/Time Conscious, Price Conscious, Shopping Confidence, dan Brand/Store Loyalty berpengaruh secara simultan terhadap Belanja Online?
- Apakah terdapat perbedaan Shopping Enjoyment antara Pria dan Wanita?
- Apakah terdapat perbedaan Brand Conscious antara Pria dan Wanita?
- Apakah terdapat perbedaan Convenience/Time Conscious antara Pria dan Wanita?
- Apakah terdapat perbedaan Price Conscious antara Pria dan Wanita?
- Apakah terdapat perbedaan Shopping Confidence antara Pria dan Wanita?
- Apakah terdapat perbedaan Brand/Store Loyalty antara Pria dan Wanita?
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan penulis, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Shopping enjoyment, brand conscious, price conscious, shopping confidence, convenience/time conscious, dan brand/store loyalty terhadap pencarian informasi online dan belanja online, serta menganalisis perbedaan orientasi belanja antara pria dan wanita dengan mengambil studi kasus pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
1) Peneliti dapat menerapkan ilmu Ekonomi khususnya dalam bidang Manajemen Pemasaran yang telah diperoleh selama perkuliahan
2) Sebagai media untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai pengaruh orientasi belanja dan gender differences terhadap pencarian informasi online dan belanja online
b. Bagi pihak toko online
Agar pemilik toko online mengetahui seberapa besar pengaruh orientasi belanja dan gender differences terhadap pencarian informasi online dan belanja online dan untuk membantu memutuskan strategi yang akan diambil untuk meningkatkan pembelian konsumen
c. Bagi akademisi
Sebagai referensi untuk mempermudah para akademisi yang ingin melakukan penelitian dengan objek yang sama, sehingga penelitian berikutnya dapat lebih baik lagi.