Konsumsi Nasional Menuju Proses Penggelembungan (Bubble) yang Mengkhawatirkan

Konsumsi Nasional, Menuju Proses Penggelembungan (Bubble) yang Mengkhawatirkan)



PENDAHULUAN

Dalam kondisi riil perekonomian Indonesia, terdapat suatu fenomena yang terus berkembang dan menimbulkan kekhawatiran, seperti yang diungkapkan oleh Yati Kurniati, dkk (2008) dalam penelitiannya, yaitu : “Kondisi perekonomian Indonesia yang mulai membaik telah menimbulkan harapan baru. Namun pertumbuhan ekonomi tersebut lebih banyak ditopang oleh tingginya konsumsi.Kontribusi konsumsi terhadap GDP cukup besar dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sekitar 67 %. Sebaliknya, peran investasi dalam pembentukan GDP sangat kecil yaitu rata-rata 22% pada tahun 2003-2007”. Hal tersebut cukup memprihatinkan, mengingat investasi seharusnya menjadi faktor pendorong perekonomian. Investasi; baik berupa investasi domestik maupun luar negeri (FDI) dapat berdampak pada peningkatan kinerja sektor riil.

Sementara itu Basri (2009 ; 14) dalam M.Sukarni, dkk (2010 ; 1) ; investasi dikatakan sebagai “makanan paling bergizi” maka tentunya sumber-sumber pertumbuhan lain tidaklah sebaik investasi. Selama ini konsumsi meningkat dan kian kuat pengaruhnya dalam menopang pertumbuhan ekonomi, demikian pula dengan belanja pemerintah. Tetapi, karena konsumsi dan belanja pemerintah (di luar belanja investasi) tidak berhubungan langsung dengan output atau produk, maka pertumbuhan ekonomi yang dibuahkannya juga tidak mencerminkan kenaikan kapasitas dan atau produksi riil dari ekonomi yang bersangkutan. 

Secara umum, kontribusi investasi hanya sekitar 20% terhadap out put domestik Indonesia. Selama masa krisis perekonomian lebih banyak didorong oleh pengeluaran konsumen. Namun demikian pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh pengeluaran konsumen mungkin tidak berkelanjutan.

Lebih jauh, menurut Marzuki (2010, p.130), adanya perilaku perbankan yang jor-joran dalam menyalurkan kredit ke sektor non produktif, yakni ke sektor konsumsi dan semakin menjadi masalah karena kredit tersebut digunakan lebih banyak ke produk-produk konsumsi impor, yang jelas-jelas tidak mempunyai kaitan dengan sektor produktif riil domestik.

METODE DAN BAHAN

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana pengaruh adanya inflasi dengan pengeluaran konsumsi, masih berbeda pandang satu sama lain. Misalnya teori  Efek Subtitusi menyatakan ;  terjadinya kenaikan tingkat harga umum dan adanya kenaikan tingkat harga suatu barang akan menyebabkan efek subtitusi, dimana konsumen akan mengurangi pembelian barang yang harganya menjadi relatif lebih mahal dan menambah pembelian barang yang harganya relatif lebih murah. Akan tetapi karena inflasi ditandai oleh kenaikan harga barang pada umumnya, maka lebih mengakibatkan terjadinya efek subtitusi antara pengeluaran konsumsi dan tabungan. 

Demikian juga, teori Keynes menunjukkan bahwa hubungan antara pengeluaran konsumsi lebih ditentukan oleh tingkatan pendapatan secara riil, dibandingkan dengan adanya pengaruh inflasi. Sementara itu teori ekpektasi inflasi menyatakan bahwa  naiknya inflasi justru dapat mendorong naiknya permintaan barang dan jasa untuk tujuan berjaga-jaga /menumpuk stok (disarikan dari teori Kuantitas Irving Fisher, Teori Keynes dan teori Strukturalis.) 

Fakta dan Realita Indonesia

Memperhatikan data perkembangan PDB Indonesia yang dihitung atas dasar pendekatan pengeluaran ; Y = C + I + G + (X-M), dimana Y adalah pendapatan nasional, C adalah konsumsi nasional, I adalah Investasi Nasional dan (X-M) adalah ekspor netto, maka data-data  menunjukkan bahwa kontribusi konsumsi ternyata paling tinggi dan cenderung meningkat selama tiga daswarsa terakhir, dimana pada dasawarsa I (1981 – 1990) sebesar 50.94%, pada dasawarsa II (1991 – 2000) sebesar 54,19 dan dasawarsa III (2001 – 2010) sebesar 59,17% 
Demikian juga data-data perkembangan realisasi kredit konsumsi sejak tahun 1997 s.d. 2010, menunjukkan kontribusi kredit konsumsi semakin meningkat dari 11.78% pada tahun 1997 menjadi 28.78 % pada tahun 2010 dengan rata-rata 24.30%, terhadap total kredit perbankan dibandingkan dengan kredit investasi yang hanya rata-rata 20.5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai t statistik untuk variable inflasi terhadap konsumsi sebesar  2,.22 menunjukkan pengaruh tersebut adalah signifikan, demikian juga nilai t statistic inflasi terhadap impor sebesar 1,70 menunjukan  bahwa inflasi signifikan mempengaruhi impor. Sementara itu inflasi tidak signifikan mempengaruhi investasi dan ekspor, karena nilai t statistic masing-masing sebesar -0.78 dan -0.15.
Dari hasil penelitian disertasi tersebut, dapat ditarik kesimpulan, ternyata konsumsi dan impor nasional dipengaruhi secara signifikan, terutama oleh faktor inflasi, namun inflasi tidak signifikan mempengaruhi investasi dan ekspor nasional..

Selanjutnya, perdebatan antara kepentingan makro ekonomi dengan mikro ekonomi tercermin dari pernyataan bahwa ; apa yang baik untuk seorang individu (mikro) belum tentu baik untuk perekonomian (makro), serta dapat dijelaskan melalui fenomena konsumsi berikut : 
Dari sisi individu, menabung dan berhemat adalah kegiatan sehat. Seorang individu memang sebaiknya membeli barang hanya bila punya uang, bukan berutang. Seorang individu sebaiknya juga tidak melakukan kegiatan spekulasi. Sebab, jika salah berhitung, kondisi keuangannya dapat menjadi berantakan. Namun, dalam teori ekonomi makro disebutkan bahwa masyarakat yang hidup hemat, tidak suka berutang dan tidak mau berspekulasi justru merugikan perekonomian. Semakin besar keinginan untuk mengkonsumsi (konsep  marginal propensity to Consume = MPC), semakin meningkatkan perekonomian (ΔY =  ΔI x 1/(1-MPC) dimana 1/(1-MPC) adalah efek pelipat (multiplier effect). Jika masyarakat suka berhemat, bisnis akan lesu, sebab, tidak banyak pembeli. Jika bisnis lesu, ekonomi tidak akan tumbuh. 

Harga yang terus naik (inflasi) juga baik untuk bisnis. Harga yang turun (deflasi) pertanda bisnis suram. Pertumbuhan ekonomi pun akan melambat, bahkan dapat negatif. Jadi, dari apa yang dibahas dalam teori ekonomi makro, konsumen memang tidak boleh berharap menikmati harga yang menurun. Sebab, harga yang lebih murah berarti bisnis yang lesu dan pertumbuhan ekonomi yang menurun. Untuk individu, harga yang naik dengan makin cepat (inflasi yang meningkat) menyebabkan individu malas menabung. Uang yang ditabung akan berkurang nilainya. Kalau pun mendapat bunga, suku bunga sangat kecil, lebih rendah dari inflasi. 
Akibatnya, secara netto nilai tabungan justru menurun dan semakin kecil jika terkena biaya administrasi dan pajak. Akibatnya, dengan inflasi yang makin tinggi, orang makin malas menabung. Kalau orang menduga harga barang akan terus menaik, mereka akan terdorong untuk meningkatkan konsumsi. Sebab, menunda konsumsi berarti mereka akan harus membayar konsumsi dengan harga yang lebih mahal. Saat inflasi meningkat, berutang menjadi pilihan yang makin menarik, walau pengutang harus membayar bunga. Karena itu, orang terpicu untuk berutang, ketika harga belum naik lebih lanjut. 

Utang biasanya diberikan lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank. Namun, akhir-akhir ini bermunculan lembaga perdagangan eceran yang menjual barang secara kredit, bahkan tidak melayani penjualan tunai. Lembaga eceran ini sesungguhnya telah mendorong orang untuk berutang. Mereka juga telah berfungsi sebagai lembaga keuangan dan bukan lembaga perdagangan.

Fenomena makro ekonomi juga menunjukkan bahwa ; kegiatan spekulasi juga mendorong pertumbuhan ekonomi. Kalau orang berani berspekulasi, masyarakat tidak perlu meningkatkan produksi. Barang yang sama dapat diperjualbelikan dengan harga yang makin tinggi. Masyarakat secara umum memang tidak memperoleh keuntungan dari spekulasi ini karena barang yang diproduksi tidak bertambah. Namun, secara individu para pelaku spekulasi mendapatkan keuntungan banyak sekali. Keuntungan para spekulan ini dihitung dalam pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, kegiatan spekulasi (yang sesungguhnya tidak ada gunanya untuk masyarakat) dapat tercatat sebagai penyumbang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Artinya, masyarakat memang terdorong hidup dengan melakukan tindakan spekulasi. 

Ketika masyarakat terpacu untuk berspekulasi, mereka membeli barang dengan harapan harga barang akan meningkat, mereka kemudian akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan harga itu. Dalam keadaan demikian, harga yang makin mahal bukan menurunkan permintaan, melainkan justru meningkatkan permintaan. Harga yang naik memberi tanda bahwa harga akan terus naik. Dengan demikian, orang akan berlomba membeli sebelum harga naik lebih lanjut.  lalu ini kemudian benar-benar memacu harga untuk naik lagi. Kenaikan harga ini kembali memicu orang untuk membeli lebih banyak lagi. Harga makin naik. Para spekulator makin diuntungkan, sedangkan masyarakat secara makro tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Tingkah laku spekulasi ini dapat dilakukan untuk barang yang “nyata” seperti tanah dan rumah. Namun, ini juga dapat terhadap barang yang “tidak nyata” seperti surat utang, saham, dan berbagai turunan (derivatif) dalam pasar keuangan. Selanjutnya, kegiatan bisnis terus menerus mendorong orang untuk meningkatkan konsumsi.
Bersamaan dengan itu, lembaga keuangan terus mendorong orang untuk melakukan pinjaman. Para investor mencontohkan kepada masyarakat bagaimana melakukan tindakan spekulasi, misalnya, dengan membeli rumah karena harga rumah diharapkan akan meningkat dengan pesat. 

Semua kegiatan yang mendorong masyarakat untuk makin boros, berani berutang, dan bertingkah laku spekulatif ini cenderung semakin meningkat, yang semuanya diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi, tetapi sampai kapan? 

Para pengamat ekonomi mengkritisi kondisi ini dengan menggunakan istilah ‘gelembung ekonomi’ (economic buble atau ponzi economic ; istilah ini dipopulerkan oleh Hyman Minsky (Prasetyantoko, 2010, h:7) yang dikhawatirkan sewaktu-waktu meledak menjadi krisis berkepanjangan.

SIMPULAN DAN SARAN

Signifikannya pengaruh inflasi terhadap konsumsi, dan impor, maka diperlukan kebijakan pengendalian inflasi pada tingkat tertentu dimana pada tingkat tersebut diharapkan bisa menahan laju naiknya konsumsi, dan impor yang tidak berorientasi pada produksi domestik dan penciptaan lapangan pekerjaan. 

Disisi lain tingkat inflasi tersebut  masih mampu mendorong pertumbuhan investasi dan ekspor,  sehingga dapat memberikan efek multiplier yang lebih siginifikan terhadap upaya menurunkan tingkat pengangguran.

DAFTAR PUSTAKA

Amri Amir, 2004, Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia, Universitas Jambi.
Badan Pusat Statistik, 2005, Laporan  Tahunan  Indikator Makro Ekonomi Indonesia, BPS Jakarta., 
Basri, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Indonesia, Penerbit Erlangga.
Indikator   Perekonomian,   2009,   Badan   Pusat   Statistik,   Edisi   44  Juli 2009.
Marsuki, 2010,  Analisis   Perekonomian   Nasional &  Internasional, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Muslimin Anwar dan Tevy Chawwa, 2008,  Analisis Ekspektasi Inflasi Paska ITF, Working Paper No.09 Jurnal bank Indonesia, Juni 2008
Meirinaldi, 2012, Peran Financial Led Growth Sektor Keuangan terhadap Konsumsi, Investasi, Ekspor dan Impor serta implikasinya terhadap tingkat Pengangguran, Disertasi Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Borobudur 
Prasetyantoko, A. 2008,Bencana Financial, Stabilitas Sebagai Barang Publik,  PT. Kompas Gramedia, Jakarta.
Prasetyantoko, A. 2010, Ponzi Ekonomi, prospek Indonesia di tengah Instabilitas Global, PT Kompas Media Nusantara, Jakarta.
Yati Kurniati, Donni   Fajar   Anugrah, Tevy    Chawwa,   2008,    Peran   Investasi   dalam Mendorong pertumbuhan Ekonomi, Bank Indonesia Working Paper Nomor 06 Juni tahun 2008

Artikel Terkait:

Daftar Isi
  1. Pedoman Penulisan, Tugas Akhir, Program Diploma Tiga, AMIK BSI
  2. Pedoman Penulisan, Pedoman Teknis, Tugas Akhir, Mahasiswa Universitas Indonesia
  3. PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
  4. Contoh Skripsi Hukum Konsep Green Banking
  5. Pelaksanaan Pemberian Santunan, Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, PT. Jasa Raharja, Kantor Pelayananan Cabang Banten
  6. Sejarah Berdirinya PT. Jasa Raharja (Persero)
  7. METODE PENELITIAN
  8. HASIL ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI
  9. Kesimpulan
  10. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP PURCHASE INTENTION MELALUI VARIABEL MEDIASI BRAND IMAGE PADA STUDI KASUS SMARTPHONE ASUS (ZENFONE)
  11. Analisis Harmoni dan Interpretasi Lagu "Corat-Coret" Karya Mochtar Embut
  12. Penataan dan penguatan organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
  13. Pengertian Global Positioning System (GPS) atau Navstar
  14. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
  15. Cara-Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan Sehingga Mendapat Sebuah Kesimpulan
  16. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
  17. Kriteria Metode Ilmiah
  18. The Value-Added of Development Communication “Kampanye KB Oleh BPMPKB Provinsi DKI Jakarta”
  19. Skripsi Hukum Pidana Bab I Pendahuluan
  20. Skripsi Musik, Bentuk Musik, Fokus Permasalahan, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Pengertian Analisa Musik, Unsur-unsur musik, Harmoni, Tempo
  21. Pengelolaan Website, Internet dan Dunia Kerja, Aplikasi Website dalam Public Relations, Keuntungan Aplikasi Website, Internet Sebagai Media Publisitas, Mengelola Website, Efektivitas Website
  22. Apa Mitos Di Balik Pembuatan Skripsi
  23. Skripsi Tentang Kepemimpinan Perempuan Bab I
  24. Karya Tulis Tentang Imuninasi, Sistem Imun Dalam Tubuh Manusia, Antigen, Antibodi, Imunisasi dan Vaksinasi, Vaksin Campak
  25. Motivasi, Pengabdian pada Profesi, Kewajiban Sosial, Kemandirian, Hubungan Sesama Profesi, Keyakinan pada Profesi, Kualitas auditor 
  26. Telaah Pustaka Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor dan Profesionalisme
  27. Analisis Eksternal, Analisis Internal, Bisnis Model Kanvas, SWOT, TOWS Matrix, Manajemen Strategi, Aspek Operasional, Aspek Pemasaran, Aspek Sumber Daya Manusia
  28. Metodologi Penelitian, Jenis Penelitian, Objek Penelitian
  29. Profil Bisnis, Gambaran Umum Perusahaan, Visi, Misi, Logo Perusahaan, Makna Logo Perusahaan
  30. Analisis Lingkungan Bisnis, Analisis Pestel, Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Analisis 5 Forces Porter
  31. Implementasi Strategi, Membuat Perencanaan Strategis, Melakukan Pembenahan Internal, Mengembangkan media promosi
  32. Kesimpulan dan Saran, analisis internal dan eksternal
  33. Contoh Daftar Isi Skripsi
  34. Skripsi Public Relations dengan Judul Pentingnya Public Relations Untuk Pengembangan Bisnis
  35. Skripsi Virtual Private (VTN), Analisis Jaringan Virtual Private Network Point To Point Protokol
  36. Konsumsi Nasional Menuju Proses Penggelembungan (Bubble) yang Mengkhawatirkan
  37. Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian
  38. Pengaruh Etika Kerja, Komitmen Organisasi, Kinerja Pegawai, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah
  39. Pedoman Penulisan, Pembimbingan dan Ujian Skripsi Pelita Bangsa
  40. Latar Belakang, India Melirik Kearah Timur, Orientasi Hubungan Antar Negara Kawasan Asia, Look East Policy (LEP)
  41. Contoh Tesis, Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, kerjasama Mekong, Ganga Cooperation Initiative
  42. Era Kolonial Inggris, Pasca Kemerdekaan, Pasca Perang Dingin
  43. Penggunaan Media Inovasi Intraoral Camera, Teknologi Kedokteran Gigi, Tinjauannya Berdasarkan Perpektif Islam
  44. Uni Eropa dan Kebijakan Perfilman, Implementasi Kebijakan Perfilman Uni Eropa: Pembiayaan, Manajemen dan Regulasi
  45. Lahirnya Kebijakan Perfilman Eropa, Perdagangan Global, WTO dan Perfilman Eropa, Perkembangan Terkini Kebijakan Perfilman Eropa
  46. Pembiayaan untuk Perfilman, Bantuan Film Referensi, Bantuan Film Panjang, Bantuan Film Panjang, TV Broadcast Restrictions
  47. PERSAINGAN, KERJASAMA DAN REARSI NEGARA DALAM LINGKUP KEBIJAKAN PERFILMAN EROPA
  48. Kebijakan Film Uni Eropa berkembang antara kreativitas dan pasar, inheren terjepit antara seni dan perdagangan.
  49. Daftar Bacaan, Kebijakan Film Uni Eropa berkembang antara kreativitas dan pasar
  50. Pemicu Munculnya Reformasi Tahun 1998 
  51. Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Jenis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data
  52. Landasan Teori, Teori Partai Politik
  53. Teori Partisipasi Politik
  54. Sejarah Ringkas Kelahiran PDI Perjuangan
  55. Kondisi politik PDI di bawah kekuasaan Orde Baru
  56. Visi dan Misi PDI Perjuangan
  57. Pengertian Public Area Section, Tugas dan Tanggung Jawab Public Area Attendant
  58. Persiapan Kerja Seorang Public Area, Standar penampilan, Standar perilaku dasar, Sikap Dasar, Syarat Khusus
  59. Analisis Literatur, Sejarah Asuransi di Dunia, Sejarah Asuransi di Indonesia, Tinjauan Umum Asuransi, Pengertian Asuransi, Jenis-Jenis Asuransi
  60. Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Price Earning Ratio Terhadap Nilai Perusahaan
  61. Kopi adalah salah satu minuman yang disukai dan banyak dikonsumsi di dunia
  62. Pengertian Kepailitan | Subjec dan Objek Kepailitan | Pihak Pemohon Pailit | Debitor pailit | Persyaratan Debitor dinyatakan Pailit | Perdamaian dalam PKPU
  63. Persyaratan Profesional Auditor | Tanggung Jawab Terhadap Profesi | Definisi Indepedensi Akuntan Publik
  64. Consumer Behaviour | Consumer Attitude | Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Komputer Merek Acer
  65. Teknologi Internet Mempengaruhi Perkembangan Ekonomi | Pengaruh Orientasi Belanja Online | Pencarian Informasi Online
  66. Bahan PKL untuk Materi Perhotelan
  67. Skripsi Tentang Pangan, Tata Boga, Pengembangan Bisnis
  68. Protein, Masalah pada Protein Hewani, Berapa Banyak Protein, Keuntungan Protein Nabati, Komplementasi Protein
  69. Mutu Keberhasilan, Indikator Kebersihan Restroom, Definisi Kajian Hotel, Departemen-Departemen Yang Ada di Hotel
  70. Industri pariwisata di Indonesia sudah berkembang cukup pesat
  71. PENGARUH PENGAWET ALAMI DAN BUATAN PADA JAGUNG TERHADAP KESEHATAN TUBUH MANUSIA
  72. Cempedak sebagai Bahan Pangan Yang Multi Manfaat
  73. Fasilitas Hotel JW Marriott Jakarta
  74. Sejarah Singkat Hotel JW Marriott Jakarta, Struktur Organisasi Tata Graha di Hottel JW Marriott Jakarta
  75. Nama Alat Dan Obat Pembersih Serta Kegunaannya Untuk Hotel, Rumah Sakit 
  76. Cara Pengukuran Status Gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi
  77. Pengertian Maksud Tujuan dan Metode Penelitian | Jenis-Jenis Penelitian | Historis, Survey, Ex Post Factor, Eksperimen, Evaluasi, Pengembangan, Tindakan
  78. Penelitian Menurut Tempat, Lapangan, Kepustakaan, Laboratorium, Keilmiahan, Penelitian Pertanian, Penelitian Ekonomi, Fokus penelitian
  79. Fasilitas Yang Tersedia di Hotel Harris Untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumennya
  80. Tugas dan Tanggung Jawab Tata Graha Departemen, Seksi-Seksi Pada Bagian Tata Graha, Seksi Linen dan pakaian seragam kerja (Linen dan Uniform section)
  81. Analisis SWOT, Strategi SO (Strenght and Opportunity), Strategi WO (Weakness and Opportunity), Strategi ST (Strength and Threat), Strategi WT (Weakness and Threat)
  82. Marketing Management, Marketing Mix, Distribution Channel, Segmented Marketing, Consumer Behaviour, Consumer Satisfaction, Customer Loyalty
  83. Pengertian Prosedur, Vendor, Piutang Usaha, Utang Usaha, Jenis-jenis Hutang, Pengendalian Internal Hutang Usaha, Tujuan Pemeriksaan Atas Hutang Usaha
  84. Gambaran Umum Perusahaan Kimia Farma, Arti Logo Kimia Farma, Struktur Organisasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
  85. Bisnis Utama Perusahaan dan Perkembangan Permintaan Konsumen
  86. Kerangka Konsep, Tradisi Penelitian, Perilaku, Landasan Teori, Komunikasi Massa, Komunikasi Konvensional, Intensitas Iklan, Brand Awareness
  87. Prosedur Pembuatan Film After Marriage
  88. Pengaruh Intensitas Iklan Netflix di Youtube, Harga dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Berlangganan di Kota Jakarta
  89. Destinasi Wisata Kota Ternate Maluku Utara
  90. Strategi Pemasaran Sosial Pada Program CSR Vaksin Covid-19
  91. Strategi Pencapaian, Pembuatan Aplikasi Pembangunan Kawasan Pedesaan
  92. Green Banking Penunjang Pembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan lingkungan hidup bertujuan untuk Kelangsungan Perekonomian