Skripsi Tentang Kepemimpinan Perempuan Bab I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan telah didefinisikan dalam kaitannya dengan ciri-ciri individual, perilaku, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan peran, tempatnya pada suatu posisi administratif, serta persepsi oleh orang lain mengenai keabsahan dari pengaruh.

Sehingga dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa seorang pemimpin harus memiliki pengaruh dan dapat mempersuasi orang lain yang dilihat dari sikap dan perilaku pemimpin tersebut.

Ada berbagai isu yang terkait dalam pembahasan mengenai kepemimpinan perempuan, antara lain mengenai kesetaraan gender dan jenis kelamin. Di dalam isu-isu tersebut muncullah permasalahan-permasalahan yang saat ini dihadapi oleh perempuan ketika bersinggungan dengan peran sebagai pemimpin yang selama ini diidentikkan dengan “dunia” laki-laki.  Kurangnya jumlah perempuan dalam peran pemimpin telah menyebabkan banyak orang berasumsi bahwa ada perbedaan signifikan dalam kemampuan atau gaya memimpin antara laki-laki dan perempuan-perbedaan yang dapat menghambat perempuan untuk menjadi pemimpin.

Sementara Feldmen menyatakan bahwa kurangnya pemimpin perempuan disebabkan oleh adanya stereotip sosial yang menghambat perempuan untuk memimpin, padahal sebenarnya perbedaan kemampuan memimpin antara laki-laki dan perempuan itu tidaklah begitu besar.  Misalnya perempuan kerap dianggap tidak dapat memimpin atau dalam kata lain tidak mempunyai potensi memimpin bila dibandingkan dengan laki-laki. Namun anggapan tersebut sebenarnya tidak dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. 
Hal ini dapat dilihat di dalam negeri dengan bangga sosok keibuan yang telah membuktikan dirinya sebagai Presiden perempuan pertama di Indonesia Megawati Soekarno Putri. Serta kebijakan yang memberi keistimewaan dalam konteks politik, misalnya Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indirawati wanita yang paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007,  Gubernur perempuan pertama yang menjabat di daerah Banten Ratu Atut Chosiyah, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Lasiyah Soetanto (1983-1987), Anindyati Sulasikin Murpratomo (1987-1993), Mien Sugandi (1993-1998), Tuty Alawiyah (1998-1999), Khofifah Indar Parawansa (1999-2001), Sri Redjeki Sumarjoto (2001-2004), Meutia Hatta (2004-2009), Linda Amalia Sari (2009-2014). Dalam konteks korporasi yaitu Ditta Amahorseya sebagai Direktur Cittibank Indonesia, Karen Agustiawan sebagai Dirut Pertamina, Dewi Motik sebagai ketua KOWANI, Etty Sunarti Nuay sebagai Presiden Direktur EASCO Petroleum. Sedangkan dalam konteks kepolisian ada Jeanne Mandagi sebagai Perwira tinggi polisi wanita Indonesia.

Adapun di dalam konteks bimbingan dan konseling di Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) di daerah Provinsi DKI Jakarta di pimpin oleh seorang perempuan yaitu Susi Fitri (2013-2017), Kemudian Dekan dan Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan di pimpin oleh seorang perempuan yaitu Sofia Hartati dan Gantina Komalasari. Mereka adalah pemimpin perempuan yang memiliki berbagai prestasi dan kemampuan untuk bersaing dengan laki-laki untuk mendapatkan peluang akses sebagai pemimpin.

Adapun contoh didalam konteks dunia pendidikan, bahwa di provinsi DKI JAKARTA terdapat 116 SMA Negeri dari sekian sekolah terdapat 32 kepala sekolah perempuan dan 84 Kepala sekolah laki-laki.  Sedangkan dari data survei di sekolah menengah atas yang peneliti lakukan terdapat 32 ketua OSIS perempuan dan 91 ketua OSIS laki-laki di SMA wilayah Jakarta Timur.

Ternyata data tersebut menggambarkan bahwa sebagian orang masih beranggapan bahwa laki-laki lebih pantas menjadi pemimpin dalam setiap bidang kehidupan karena dalam masyarakat masih kental budaya patriarki. Hal yang menyebabkan pandangan tersebut bisa terjadi, yaitu : Pertama, menurut teori yang ada menyebutkan bahwa pemimpin tidak harus laki-laki dan adanya anggapan yang pantas menjadi pemimpin adalah laki-laki merupakan isu gender serta adanya budaya patriarki yang melekat di Indonesia menyebabkan perempuan sering dianggap sebagai orang yang lemah karena selalu dinomorduakan. Kedua, adanya anggapan dalam pandangan keagamaan yang cenderung merendahkan kaum wanita. Wanita dianggap sebagai manusia sekunder karena diciptakan dari tulang rusuk Adam yang  merupakan manusia primer atau pertama. Pandangan ini menjadi dasar dari asumsi yang meremehkan kaum wanita berkembang disebabkan oleh satu kenyataan bahwa ajaran agama itu dirumuskan dan disebarluaskan dalam struktur masyarakat patriarki. Ketiga, kebanyakan perempuan tidak menginginkan kedudukan sebagai pemimpin, karena perempuan lebih menerima kodratnya sebagai ibu atau perempuan yang dipimpin dan dilindungi oleh laki-laki, sehingga ketika sebagian besar kedudukan sebagai pemimpin dipegang oleh kaum laki-laki. 

Seperti yang dikemukakan oleh Eagly dan Johnson bahwa berdasarkan dari perbedaan sifat-sifat dasar gender, merumuskan gaya kepemimpinan otokratik dan demokratik adalah yang paling representatif didalam membedakan gaya kepemimpinan antara laki-laki dan perempuan apabila di lihat dari sudut pandang stereotip tentang gender maskulin yang menggambarkan sosok individu yang kuat, tegas dan berani adalah gambaran dari gaya kepemimpinan otokratik sedangkan gender feminin yang menggambarkan sosok yang memperlihatkan sifat-sifat yang hangat dalam hubungan personal, lebih suka berafiliasi dengan orang lain dari pada mendominasi adalah gambaran dari gaya kepemimpinan demokratik, maka yang perlu dipahami adalah kembali pada sudut pandang stereotip tentang perbedaan gender yang mengganggap laki-laki adalah maskulin sedangkan perempuan adalah feminin. Perbedaan ditemukan dalam konteks atau situasi organisasional di mana pemimpin laki-laki umumnya lebih bersifat autokratis dan direktif sedangkan pemimpin perempuan lebih bersifat demokratis dan partisipatif. Eagly dan Johnson telah menemukan bahwa: “the strongest evidence for a gender difference in leadership style in the tendency for women to adopt a more participative style and for men to adopt a more directive style”.

Dalam pandangan tradisonal, perempuan diidentikkan dengan sosok yang lemah, halus dan emosional. Sementara laki-laki digambarkan sebagai sosok yang gagah,  berani dan rasional. Pandangan ini telah memposisikan perempuan sebagai makhluk yang seolah-olah harus dilindungi dan senantiasa bergantung pada laki-laki. Akibatnya jarang sekali perempuan untuk bisa tampil menjadi pemimpin, karena mereka tersisihkan oleh dominasi laki-laki dengan male chauvinistic (superioritas laki-laki atau hak laki-laki berkuasa atas perempuan).  Dengan demikian maka muncul beranggapan bahwa kaum laki-laki lebih pantas memimpin dari pada perempuan.

Maka Eagly dan Johnson berasumsi bahwa gaya kepemimpinan laki-laki cenderung otokratik dan perempuan cenderung demokratik, telah melakukan penelitian lebih dari 150 studi mengenai kepemimpinan dan menemukan bahwa sebenarnya pemimpin, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kepedulian yang sama besar pada penyelesaian tugas dan hubungan interpersonal.  Menurut Feldmen sebuah penjelasan yang mungkin dan masih bersifat spekulatif adalah perempuan lebih cenderung memperlihatkan keterampilan interpersonal yang lebih tinggi daripada laki-laki sehingga lebih mudah bekerja dalam kerangka kerja yang demokratis.

Hughes, Richard menyimpulkan bahwa perempuan dan laki-laki memang mempunyai perbedaan dalam gaya, status dan cara-cara memimpin. Sebenarnya baik pemimpin laki-laki dan perempuan secara umum sama efektifnya, namun tidak sama efektif dalam setiap situasi. Pemimpin laki-laki lebih efektif dalam peran yang maskulin atau autokratis dan berorientasi pada tugas. Sedangkan pemimpin perempuan lebih efektif dalam peran feminin atau peran yang lebih demoktaris dan berorientasi pada manusia.  Perbedaan dalam gaya kepemimpinan antara perempuan dan laki-laki karena peran atau sifatnya, tetapi untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif sehubungan dengan tujuan organisasi yang harus dicapainya, tidaklah cukup hanya karena peran atau sifat yang melekat pada dirinya, melainkan banyak faktor lainnya yang ikut mempengaruhinya.

Dari ulasan di atas perempuan tidak dapat memimpin karena perempuan dinomorduakan oleh laki-laki, tetapi zaman sekarang bahwa perempuan lebih berprestasi dari laki-laki, misalnya di Sekolah Menengah Atas, juara UN Tahun  2013 tingkat nasional dari siswa perempuan ia adalah Ni Kadek Vani dari SMA Negeri 4 Denpasar Bali yang memiliki nilai rata-rata UN murni 9,87.  Di Universitas Negeri Semarang diraih seorang perempuan bernama Raeni wisudawan terbaik yang mencapai IPK tertinggi sebesar 3,96 meraih gelar sarjana dalam waktu 3,5 tahun.   Bahwa perempuan mampu membuktikan kemampuannya sebanding dengan laki-laki dengan meraih prestasi yang lebih baik. 

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan dalam bentuk wawancara respon dari siswa atapun guru bimbingan dan konseling disekolah mengenai kepemimpinan perempuan atau ketua osis perempuan terdapat pandangan bahwa perempuan setara dengan laki-laki, serta perempuan mampu menjadi pemimpin. Dalam wawancara dengan wakil kepala sekolah SMA N 17 Jakarta bapak Agus Subagio bahwa perempuan lebih aktif, mempunyai inisiatif dan lebih berani mengambil keputusan dibandingkan dengan laki-laki. Menurut guru bimbingan dan konseling di SMA N 76 Jakarta ibu Nurlaeli bahwa seorang ketua osis tidak mesti seorang laki-laki, perempuan juga mampu memimpin suatu organisasi yang dikelolanya.
Organisasi di sekolah yang merupakan sarana yang dirancang pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar dan akses untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekolah. Semakin maju masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa serta memberdayakan para siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka masing-masing sesuai dengan tujuan pendidikan. 

Kegiatan organisasi merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang diselenggarakan di sekolah. Di dalam Surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. Kepanjangan OSIS terdiri dari, organisasi siswa intra sekolah. OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah di sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian / alat dari organisasi lain yang ada di luar sekolah. Tujuan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di Sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan.
Di dalam organisasi, siswa mendapat pengetahuan yang tidak diperoleh di ruang kelas. Berorganisasi juga mendapat kesempatan bagaimana secara pribadi mereka bisa menjadi manusia yang bertanggung jawab atas tugas, komitmen atas sebuah amanat, memiliki relasi sosial yang banyak mengenal realita secara langsung, serta memperoleh keterampilan tambahan sebagai modal hidup. Proses pembelajaran dalam organisasi menantang siswa untuk dapat mengelola dirinya, baik secara emosi, sikap, pikiran, kepekaan sosial maupun pengembangan bakat yang dimilikinya.

Dalam kepemimpinan perempuan pada ketua OSIS di SMA penting untuk diteliti tidak cuma karena perbedaan gender tetapi karena tantangan dalam bersaing dengan laki-laki untuk menjadi ketua OSIS itu tidak mudah perlu tanggung jawab yang lebih besar untuk menjadi seorang pemimpin, mendorong perluasan akses bagi perempuan untuk menjadi pemimpin, adanya kesetaraan laki-laki dan perempuan, membuka gerbang bagi perempuan menjadi seorang pemimpin. Hal ini berkaitan dengan bimbingan dan konseling di standar kompetensi kemandirian peserta didik yaitu pada aspek perkembangan; kesadaran gender.  Serta mampu mengembangkan tugas-tugas perkembangan yaitu pada persiapan mandiri, pemilihan dan latihan jabatan.  Selain berkaitan dengan standar kompetensi kemandirian peserta didik berkaitan juga dengan layanan dan fungsi bimbingan dan konseling yaitu layanan penempatan dan penyaluran yang mampu menyediakan kebutuhan, potensi, bakat dan minat siswa yang diselenggarakan di sekolah dan fungsi pemeliharaan dan pengembangan. 

Mengingat kurangnya pemimpin perempuan disebabkan oleh adanya stereotip sosial yang menghambat perempuan untuk memimpin, maka bimbingan dan konseling memberi perluasan akses perempuan dalam mengembangkan kegiatan organisasi siswa intra sekolah. Oleh karena itu timbul suatu keinginan untuk meneliti tentang Gaya Kepemimpinan Perempuan Ketua Osis di Sekolah Menengah Atas se-Jakarta Timur.

Identifikasi Masalah 
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan dengan berbagai masalah diantaranya sebagai berikut :
  1. Ada berapa macam gaya kepemimpinan perempuan?
  2. Gaya kepemimpinan apa yang digunakan ketua OSIS perempuan dalam organisasi?
  3. Apakah ada perbedaan gaya kepemimpinan perempuan dan laki-laki dalam organisasi siswa?

Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah yang diteliti pada Gaya Kepemimpinan Perempuan pada Ketua Osis dalam organisasi di SMA se-Jakarta Timur.

Perumusan Masalah 
Berdasarkan yang diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Gaya kepemimpinan apa yang digunakan ketua osis perempuan pada osis di SMA se-Jakarta Timur?

Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gaya Kepemimpinan Perempuan (Studi pada Ketua OSIS di SMA se-Jakarta Timur). Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
  1. Sumber Pengetahuan berkaitan dengan Gaya Kepemimpinan Perempuan.
  2. Referensi tambahan atau perbandingan bagi peneliti lainnya tentang gambaran gaya kepemimpinan perempuan studi pada ketua OSIS di SMA se-Jakarta Timur, serta dapat memperkaya pustaka tentang bimbingan dan konseling khususnya yang terkait dengan gender salah satunya tentang gaya kepemimpinanan perempuan dalam OSIS.
  3. Civitas Pendidikan terutama guru bimbingan dan konseling, agar dapat memberikan pengetahuan serta pengarahan kepada siswa mengenai kepemimpinan berbasis gender.
  4. Bagi Kepala Sekolah atau Stakeholder memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya memberi perluasan akses perempuan dalam mengembangkan  kegiatan OSIS.
  5. Bagi pembaca umum sebagai informasi mengenai kepemimpinan perempuan dalam OSIS di SMA se-Jakarta Timur dan hal-hal yang berhubungan dengan kepemimpinan perempuan.
Daftar Isi
  1. Pedoman Penulisan, Tugas Akhir, Program Diploma Tiga, AMIK BSI
  2. Pedoman Penulisan, Pedoman Teknis, Tugas Akhir, Mahasiswa Universitas Indonesia
  3. PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
  4. Contoh Skripsi Hukum Konsep Green Banking
  5. Pelaksanaan Pemberian Santunan, Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, PT. Jasa Raharja, Kantor Pelayananan Cabang Banten
  6. Sejarah Berdirinya PT. Jasa Raharja (Persero)
  7. METODE PENELITIAN
  8. HASIL ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI
  9. Kesimpulan
  10. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP PURCHASE INTENTION MELALUI VARIABEL MEDIASI BRAND IMAGE PADA STUDI KASUS SMARTPHONE ASUS (ZENFONE)
  11. Analisis Harmoni dan Interpretasi Lagu "Corat-Coret" Karya Mochtar Embut
  12. Penataan dan penguatan organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
  13. Pengertian Global Positioning System (GPS) atau Navstar
  14. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
  15. Cara-Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan Sehingga Mendapat Sebuah Kesimpulan
  16. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
  17. Kriteria Metode Ilmiah
  18. The Value-Added of Development Communication “Kampanye KB Oleh BPMPKB Provinsi DKI Jakarta”
  19. Skripsi Hukum Pidana Bab I Pendahuluan
  20. Skripsi Musik, Bentuk Musik, Fokus Permasalahan, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Pengertian Analisa Musik, Unsur-unsur musik, Harmoni, Tempo
  21. Pengelolaan Website, Internet dan Dunia Kerja, Aplikasi Website dalam Public Relations, Keuntungan Aplikasi Website, Internet Sebagai Media Publisitas, Mengelola Website, Efektivitas Website
  22. Apa Mitos Di Balik Pembuatan Skripsi
  23. Skripsi Tentang Kepemimpinan Perempuan Bab I
  24. Karya Tulis Tentang Imuninasi, Sistem Imun Dalam Tubuh Manusia, Antigen, Antibodi, Imunisasi dan Vaksinasi, Vaksin Campak
  25. Motivasi, Pengabdian pada Profesi, Kewajiban Sosial, Kemandirian, Hubungan Sesama Profesi, Keyakinan pada Profesi, Kualitas auditor 
  26. Telaah Pustaka Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor dan Profesionalisme
  27. Analisis Eksternal, Analisis Internal, Bisnis Model Kanvas, SWOT, TOWS Matrix, Manajemen Strategi, Aspek Operasional, Aspek Pemasaran, Aspek Sumber Daya Manusia
  28. Metodologi Penelitian, Jenis Penelitian, Objek Penelitian
  29. Profil Bisnis, Gambaran Umum Perusahaan, Visi, Misi, Logo Perusahaan, Makna Logo Perusahaan
  30. Analisis Lingkungan Bisnis, Analisis Pestel, Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Analisis 5 Forces Porter
  31. Implementasi Strategi, Membuat Perencanaan Strategis, Melakukan Pembenahan Internal, Mengembangkan media promosi
  32. Kesimpulan dan Saran, analisis internal dan eksternal
  33. Contoh Daftar Isi Skripsi
  34. Skripsi Public Relations dengan Judul Pentingnya Public Relations Untuk Pengembangan Bisnis
  35. Skripsi Virtual Private (VTN), Analisis Jaringan Virtual Private Network Point To Point Protokol
  36. Konsumsi Nasional Menuju Proses Penggelembungan (Bubble) yang Mengkhawatirkan
  37. Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian
  38. Pengaruh Etika Kerja, Komitmen Organisasi, Kinerja Pegawai, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah
  39. Pedoman Penulisan, Pembimbingan dan Ujian Skripsi Pelita Bangsa
  40. Latar Belakang, India Melirik Kearah Timur, Orientasi Hubungan Antar Negara Kawasan Asia, Look East Policy (LEP)
  41. Contoh Tesis, Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, kerjasama Mekong, Ganga Cooperation Initiative
  42. Era Kolonial Inggris, Pasca Kemerdekaan, Pasca Perang Dingin
  43. Penggunaan Media Inovasi Intraoral Camera, Teknologi Kedokteran Gigi, Tinjauannya Berdasarkan Perpektif Islam
  44. Uni Eropa dan Kebijakan Perfilman, Implementasi Kebijakan Perfilman Uni Eropa: Pembiayaan, Manajemen dan Regulasi
  45. Lahirnya Kebijakan Perfilman Eropa, Perdagangan Global, WTO dan Perfilman Eropa, Perkembangan Terkini Kebijakan Perfilman Eropa
  46. Pembiayaan untuk Perfilman, Bantuan Film Referensi, Bantuan Film Panjang, Bantuan Film Panjang, TV Broadcast Restrictions
  47. PERSAINGAN, KERJASAMA DAN REARSI NEGARA DALAM LINGKUP KEBIJAKAN PERFILMAN EROPA
  48. Kebijakan Film Uni Eropa berkembang antara kreativitas dan pasar, inheren terjepit antara seni dan perdagangan.
  49. Daftar Bacaan, Kebijakan Film Uni Eropa berkembang antara kreativitas dan pasar
  50. Pemicu Munculnya Reformasi Tahun 1998 
  51. Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Jenis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data
  52. Landasan Teori, Teori Partai Politik
  53. Teori Partisipasi Politik
  54. Sejarah Ringkas Kelahiran PDI Perjuangan
  55. Kondisi politik PDI di bawah kekuasaan Orde Baru
  56. Visi dan Misi PDI Perjuangan
  57. Pengertian Public Area Section, Tugas dan Tanggung Jawab Public Area Attendant
  58. Persiapan Kerja Seorang Public Area, Standar penampilan, Standar perilaku dasar, Sikap Dasar, Syarat Khusus
  59. Analisis Literatur, Sejarah Asuransi di Dunia, Sejarah Asuransi di Indonesia, Tinjauan Umum Asuransi, Pengertian Asuransi, Jenis-Jenis Asuransi
  60. Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Price Earning Ratio Terhadap Nilai Perusahaan
  61. Kopi adalah salah satu minuman yang disukai dan banyak dikonsumsi di dunia
  62. Pengertian Kepailitan | Subjec dan Objek Kepailitan | Pihak Pemohon Pailit | Debitor pailit | Persyaratan Debitor dinyatakan Pailit | Perdamaian dalam PKPU
  63. Persyaratan Profesional Auditor | Tanggung Jawab Terhadap Profesi | Definisi Indepedensi Akuntan Publik
  64. Consumer Behaviour | Consumer Attitude | Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Komputer Merek Acer
  65. Teknologi Internet Mempengaruhi Perkembangan Ekonomi | Pengaruh Orientasi Belanja Online | Pencarian Informasi Online
  66. Bahan PKL untuk Materi Perhotelan
  67. Skripsi Tentang Pangan, Tata Boga, Pengembangan Bisnis
  68. Protein, Masalah pada Protein Hewani, Berapa Banyak Protein, Keuntungan Protein Nabati, Komplementasi Protein
  69. Mutu Keberhasilan, Indikator Kebersihan Restroom, Definisi Kajian Hotel, Departemen-Departemen Yang Ada di Hotel
  70. Industri pariwisata di Indonesia sudah berkembang cukup pesat
  71. PENGARUH PENGAWET ALAMI DAN BUATAN PADA JAGUNG TERHADAP KESEHATAN TUBUH MANUSIA
  72. Cempedak sebagai Bahan Pangan Yang Multi Manfaat
  73. Fasilitas Hotel JW Marriott Jakarta
  74. Sejarah Singkat Hotel JW Marriott Jakarta, Struktur Organisasi Tata Graha di Hottel JW Marriott Jakarta
  75. Nama Alat Dan Obat Pembersih Serta Kegunaannya Untuk Hotel, Rumah Sakit 
  76. Cara Pengukuran Status Gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi
  77. Pengertian Maksud Tujuan dan Metode Penelitian | Jenis-Jenis Penelitian | Historis, Survey, Ex Post Factor, Eksperimen, Evaluasi, Pengembangan, Tindakan
  78. Penelitian Menurut Tempat, Lapangan, Kepustakaan, Laboratorium, Keilmiahan, Penelitian Pertanian, Penelitian Ekonomi, Fokus penelitian
  79. Fasilitas Yang Tersedia di Hotel Harris Untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumennya
  80. Tugas dan Tanggung Jawab Tata Graha Departemen, Seksi-Seksi Pada Bagian Tata Graha, Seksi Linen dan pakaian seragam kerja (Linen dan Uniform section)
  81. Analisis SWOT, Strategi SO (Strenght and Opportunity), Strategi WO (Weakness and Opportunity), Strategi ST (Strength and Threat), Strategi WT (Weakness and Threat)
  82. Marketing Management, Marketing Mix, Distribution Channel, Segmented Marketing, Consumer Behaviour, Consumer Satisfaction, Customer Loyalty
  83. Pengertian Prosedur, Vendor, Piutang Usaha, Utang Usaha, Jenis-jenis Hutang, Pengendalian Internal Hutang Usaha, Tujuan Pemeriksaan Atas Hutang Usaha
  84. Gambaran Umum Perusahaan Kimia Farma, Arti Logo Kimia Farma, Struktur Organisasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
  85. Bisnis Utama Perusahaan dan Perkembangan Permintaan Konsumen
  86. Kerangka Konsep, Tradisi Penelitian, Perilaku, Landasan Teori, Komunikasi Massa, Komunikasi Konvensional, Intensitas Iklan, Brand Awareness
  87. Prosedur Pembuatan Film After Marriage
  88. Pengaruh Intensitas Iklan Netflix di Youtube, Harga dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Berlangganan di Kota Jakarta
  89. Destinasi Wisata Kota Ternate Maluku Utara
  90. Strategi Pemasaran Sosial Pada Program CSR Vaksin Covid-19
  91. Strategi Pencapaian, Pembuatan Aplikasi Pembangunan Kawasan Pedesaan
  92. Green Banking Penunjang Pembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan lingkungan hidup bertujuan untuk Kelangsungan Perekonomian