Karya Tulis Tentang Imuninasi, Sistem Imun Dalam Tubuh Manusia, Antigen, Antibodi, Imunisasi dan Vaksinasi, Vaksin Campak

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Manusia dalam kehidupannya tidak akan luput dari paparan penyakit.  Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai unsur patogen, misalnya bakteri, virus, protozoa dan parasit dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan jarang menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia sebenarnya telah mempunyai sistem kekebalan sebagai mekanisme pertahanan dalam mencegah masuk dan menyebarnya agen infeksi.  Bila sistem pertahanan terpapar pada zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis mekanisme pertahanan yang terjadi, yaitu pertahanan spesifik dan non spesifik.

Saat ini di Indonesia, banyak penyakit yang sudah dapat dicegah dengan imunisasi, seperti TBC, dipteri, campak, tetanus, polio, dan hepatits B.  Dan program imunisasi pun sepertinya sudah banyak digalakkan, seiring dengan adanya dasar hukum penyelenggaraan program imunisasi (Susanto,2007). Tetapi agar pelaksanaan, tujuan, maupun sasaran imunisasi di Indonesia bisa berhasil dan memenuhi target, hendaknya ada kerjasama yang baik antara pemerintah, petugas kesehatan dan kesadaran masyarakat sendiri dengan diadakannya program imunisasi tersebut.


Berikut adalah kasus dalam skenario pertama:

Ibu Susi punya 2 anak. Anak pertama bernanma Amir, berumur 5 tahun dan anak kedua bernama Ali berumur 9 bulan. Ibu Susi membawa Ali untuk penimbangan ke Posyandu. Oleh petugas Posyandu disarankan agar Ali diimunisasi campak. Bu Susi ragu-ragu untuk imunisasi campak, sebab Amir pada usia 9 bulan juga sudah diimunisasi campak, tetapi ternyata tidak kebal sehingga pada usia  tahun toh kena penyakit campak juga. Apalagi pernah ada anak tetangganya yang setelah mendapatkan imunisasi malah panas. Ada lagi anak lain yang di tempat suntikannya malah terjadi radang. Juga ada anak yang tidak berhasi dalam imunisasinya karena oleh dokter dinyatakan anak tersebut kurang gizi. Masalahnya, ada anak tetangga bernama Udin yang sering main ke rumah Bu Susi sekarang sedang menderita penyakit campak. Bu Susi takut anaknya ketularan, tapi Bu Susi juga masih meragukan apakah mungkin setelah diimunisasi si Ali bisa terhindar dari penyakit campak. Kenapa imunisasi campak tidak diberikan sejak lahir saja, dan bagi Udin yang sedang mendertia campak, apakah masih harus diimunisasi campak lagi?

B.    RUMUSAN MASALAH
  1. Mengapa setelah diimunisasi si Amir masih dapat terkena penyakit campak?
  2. Mengapa bisa timbul radang dan panas setelah mendapat imunisasi?
  3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kegagalan imunisasi?
  4. Apakah ada efek samping dari imunisasi?
  5. Apakah setelah mendapat imunisasi masih dapat tertular penyakit campak?

C.    TUJUAN PENULISAN
  1. Menjelaskan tentang respon imun fisiologis pada manusia.
  2. Memberikan informasi menganai imunisasi.
  3. Menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi.
  4. Menjelaskan mengenai mekanisme terjadinya efek samping imunisasi
D.    HIPOTESIS

Bagi Udin yang sedang menderita campak, tidak perlu diberi imunisasi campak lagi. Namun, untuk Ali yang berusia 9 bulan sudah saatnya dia diimunisasi campak untuk kekebalan tubuhnya terhadap penyakit campak dengan memperhatikan kondisi Ali terlebih dahulu.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    SISTEM IMUN DALAM TUBUH MANUSIA

Yang dimaksud dengan sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Bratawidjaja,2002).

Sistem imun dibagi menjadi 2:

1.    Sistem imun non-spesifik

Mekanisme fisiologik imunitas non-spesifik berupa komponen normal tubuh yang idak memerlukan induksi oleh pajanan mikroba dari luar, meskipun jumlahnya dapat meningkat akibat infeksi. Mekanisme tersebut tidak menunjukkan spesifitas, dan tidak tergantung atas pengenalan spesifik bahan asing. Pertahanan tersebut mampu melindungi tubuh terhadap banyak patogen potensial.
Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi berbagai serangan mikroorganisme, oleh karena dapat memberikan respon langsung, sedangkan sistem imun spesifik membutuhkan waktu untuk menganal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan responnya. Disebut sistem imun non-spesifik karena tidak ditujuan terhadap mikroorganisme tertentu, telah ada pada tubuh manusia dan siap berfungsi sejak lahir yang dapat berupa permukaan tubuh beserta komponennya (Baratawidjaya, 2002).

Sistem imun non-spesifik terdiri dari:
a.    Pertahanan fisik/mekanik: kulit, selaput lendir, silia, respon batuk dan bersin.
b.    Pertahanan biokimia: asam lambung, lisosim, dan laktoferin.
c.    Pertahanan humoral : komplemen, interferon, dan C-reactive protein.
d.    Pertahanan seluler : sel fagosit dan NK cell (Natural Killer Cell) (Baratawidjaya, 2002).

2.    Sistem imun spesifik

Merupakan sistem imun yang didapat (adaptive/aquired). Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya(antigen). Antigen yang pertama kali muncul dalam badan segera dikenali oleh sistem imun spesifik. Dan apabila kemudian suatu saat tubuh terpajan lagi oleh antigen yang sama, maka antigen yang terakhir ini akan dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya.   Sistem imun spesifik juga terdiri dari pertahanan humoral dan seluler.  Pertahanan humoral diperankan oleh limfosit B. Bila sel B dirangsang oleh benda asing, sel akan berpoliferasi dan berkembang menjadi sel plasma yang dapat membentuk antibodi. Fungsi utama antibodi adalah pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler.   Sedang pertahanan seluler diperankan oleh limfosit T. Dimana fungsinya adalah pertahanan terhadap infeksi intraseluler (Baratawidjaya, 2002).

B.    ANTIGEN DAN ANTIBODI

Antigen adalah bahan yang dapat merangsangrespon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada. Secara fungsional antigen dibagi menjadi imunogen dan hapten. Imunogen adalah bahan yang dapat menimbulkan respon imun sedangkan hapten adalah molekul yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada secara langsung, tetapi tidak dapat merangsang pembentukan antibodi secara langsung.
Antibodi merupakan globulin gamma yang disebut dengan imunoglobulin. Setiap antibodi bersifat spesifik untuk antigen tertentu, hal ini disebabkan oleh struktur untiknya yang tersusun atas asam-asam amino pada bagian yang dapat berubah dari kedua rantai ringan dan rantai berat.
Terdapat lima golongan antibodi IgM, IgG, IgE, IgA, dan IgD. Dari kelima golongan antibodi, terdapat dua golongan yang sangat penting: IgG, yang merupakan antibodi terbanyak (sekitar 75%) dari seluruh antibodi pada orang normal, dan IgE, yang merupakan antibodi dalam jumlah kecil tapi khususnya terlibat dalam dalam peristiwa alergi. Golongan IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi yang terbentuk sewaktu terjadi respon primer adalah golongan ini (Guyton & Hall, 1997).


Respons imun sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang terdapat dalam patogen potensial  dan kemudian membangkitkan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan sumber antigen bersangkutan. Hal ini diawali dengan tertangkapnya antigen oleh makrofag atau monosit yang berfungsi sebagai antigen presenting cell (APC), yang menyajikan antigen mikroba kepada sel T-helper.  Makrofag menangkap antigen yang telah diopsonisasi dengan IgG, melakukan endositosis, memproses antigen lalu menampilkannya kembali (eksositosis) bersama-sama dengan ekspresi major histocompatibility complex (MHC) kepada sel T-helper.  Atas pengenalan itu, sel T-helper merangsang sel B untuk memproduksi antibodi spesifik terhadap antigen tersebut (Ertel W,1995).

C.    IMUNISASI ATAU VAKSINASI

Vaksinasi telah terpakai bertahun-tahun untuk menimbulkan imunitas didapat terhadap penyakit-penyakit tertentu. Seseorang dapat divaksinasi dengan cara menyuntikkan organisme yang telah mati, yang tidak mampu menimbulkan penyakit lagi, tetapi masih mempunyai antigen kimiawi. Tipe vaksinasi ini dipakai untuk melindungi tubuh terhadap demam tifoid, batuk rejan, difteri, dan banyak macam penyakit bakterial lainnya. Dapat juga diperoleh imunitas terhadap toksin yang telah diolah dengan bahan kimia, sehingga sifat toksiknya sudah rusak walaupun antigen yang menimbulkan imunitasnya tetap utuh. Dan akhirnya, seseorang dapat divaksinasi dengan jalan menginfeksinya dengan organisme yang masih hidup tapi telah ‘dilemahkan’. Artinya, organisme ini dikembangbiakan dalam media biakan khusus atau dilewatkan pada serangkaian binatang sampai organisme ini cukup diimunisasi, sehingga tak akan menimbulkan penyakit tapi masih membawa antigen yang spesifik (Guyton & Hall, 1997).

VAKSIN CAMPAK

Mengandung vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Reaksi imunisasi biasanya tidak terdapat reaksi. Kemungkinan terjadi demam ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan atau pembengkakan pada tempat penyuntikan.
Efek yang terjadi sangat jarang, mungkin dapat terjadi kejang ringan dan tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan. Dapat terjadi radang otak 30 hari setelah penyuntikan tapi angka kejadiannya sangat rendah.
Kontraindikasi pada vaksin campak adalah ketika kondisi tubuh sedang sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit keganasan, dan ibu hamil.

BAB III
PEMBAHASAN

Dengan melihat data yang yang ada pada skenario, maka kasus yang timbul adalah apakah imunisasi yang akan diberikan kepada si Ali akan berjalan efektif, di mana keraguan ini muncul diperkuat oleh kondisi kakaknya yang ternyata walaupun sudah diimunisasi campak pada umur 9 bulan, yang seharusnya muncul kekebalan terhadap campak, ternyata pada umur 3 tahun masih dapat terkena penyakit campak.
Dan dari kasus ini, terdapat dugaan fenomena yang terjadi, yaitu : kondisi gizi dan sosial-ekonomi, baik keluarga si Ali maupun lingkungan sekitarnya yang buruk, dilihat dari berbagai kasus yang timbul di lingkungan hidup si Ali, di mana hal ini, terutama gizi buruk, dapat menurunkan imunitas tubuh seseorang (imunodefisiensi); kemudian umur 9 bulan merupakan umur yang belum efektif untuk dilakukan imunisasi campak, karena pada umur ini, masih terdapat imunitas alami pasif dari ibunya yang berupa antibodi campak yang sudah ada dalam tubuhnya, yang diperoleh dari asupan ASI, yang siap membunuh antigen yang sesuai dengan antibodi tersebut, dalam konteks kasus ini adalah virus campak, di mana hal ini dapat menghambat respons imun tubuh si Ali dalam membentuk kekebalan terhadap campak, sehingga nantinya masih dapat terkena penyakit campak lagi apabila antibodi si Ibu di dalam cairan limfe bekerja memberantas secara tuntas vaksin campak yang dimasukkan ke dalam tubuh Ali sebelum antigen virus campak ini mampu mengaktifkan sistem imun spesifik tubuh si Ali, sebagaimana cara pengaktifannya sesuai dengan pustaka yang didapat.
Pengaruh zat gizi terhadap keberhasilan imunisasi:
  • Sebagai pembentuk rantai ringan imunoglobulin.
  • Glikoprotein berfungsi sebagai pematangan imunoglobulin.
  • Protein digunakan untuk menghasilkan lisis sel dan pembentukan fragmen petida atau polipeptida yang terlibat dalam berbagai aspek inflamasi.
  • Defenzim membunuh bakteri dengan merusak membran selnya
Sebenarnya keadaan imunodefisiensi dibagi menjadi dua, yaitu imunodefisiensi primer dan sekunder. Primer apabila terdapat kelainan genetik, defek maturasi dan aktivitas limfosit. Sedangkan imunodefisiensi sekunder adalah keadaan dimana pasien terdapat infeksi sepeti infeksi HIV dan malnutrisi, seperti yang disebutkan diatas.

Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping (side-effects), interaksi obat, intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan.efek farmakologi, efek samping, serta reaksi idiosinkrasi umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan latar belakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik, bahan preservatif (neomisin, merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin.

Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Sesuai telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena kebetulan saja. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors).

KN PP KIPI membagi penyebab KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)  menjadi 5 kelompok faktor etiologi menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:

1.    Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)
Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya:
•    Dosis antigen (terlalu banyak)
•    Lokasi dan cara menyuntik
•    Sterilisasi semprit dan jarum suntik
•    Jarum bekas pakai
•    Tindakan aseptik dan antiseptik
•    Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
•    Penyimpanan vaksin
•    Pemakaian sisa vaksin
•    Jenis dan jumlah pelarut vaksin
•    Tidak memperhatikan petunjuk produsen
Kecurigaan terhadap kesalahan tata laksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.

2.    Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.

3.    Induksi vaksin (reaksi vaksin)

Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.

4.    Faktor kebetulan (koinsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.

5.    Penyebab tidak diketahui

Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya denagn kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI (Depkes RI, 2009).
Dalam skenario ditanyakan mengapa setelah imunisasi terjadi radang? Pengikatan antara antigen dan antibodi akan membentuk kaskade rangkaian reaksi yang akan menghasilkan enzim C3a. Enzim ini selanjutnya mengaktifkan selm mast dan basofil yang kemudian teraktivasi menjadi histamin. Histamin menyebabkan red flare  kalor (panas) dan rubor (merah), meningkatkan permeabiltas kapiler sehingga terjadi tumor (bengkak).

PENATALAKSANAAN

Dalam skenario ini, si ibu masih ragu apakah imunisasi akan berhasil atau tidak. Bila dari hasil pembahasan diatas, apabila si Ali yang berumur 9 bulan tidak sedang mengalami sakit parah dan datang dengan keadaan gizi yang baik, maka imunisasi dapat segera dilaksanakan.
Untuk anak yang sudah diimunisasi campak namun menunjukkan kegagalan (dapat terkena campak lagi) tidak perlu imunisasi campak. Penyakit campak yang datang setelah diimunisasi diakibatkan oleh berbagai faktor yang disebutkan diatas tetapi di dalam tubuh sudah terdapat sel memori antibodi terhadap campak sehingga tidak perlu imunisasi lagi.


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan:
  1. Sistem imun tubuh manusia sangat kompleks dan lengkap, terdiri dari non-spesifik dan spesifik, sehingga manusia tidak mudah terkena penyakit walaupun virus dan bakteri terdapat dimana-mana.
  2. Apabila terjadi penurunan respon imun terhadap infeksi, hal ini dapat menyebabkan penurunan kondisi tubuh (cepat sakit).
  3. Imunisasi dapat membantu tubuh membentuk antibodi tertentu dengan bantuan mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan dengan cara menginjeksinya dengan waktu-waktu yang telah ditentukan oleh dinas kesehatan setempat (dalam hal ini negara Indonesia memakai standar yang disertivikasi oleh Dinas Kesehatan RI).
  4. Usia 9 bulan adalah usia yang tepat bagi bayi untuk disuntik vaksin campak dengan ketentuan keadaan bayi tidak mengalami malnutrisi dan tidak sedang sakit parah.

Saran:
  1. Ali harus diimunisasi apabila ia sedang tidak sakit dan tidak mengalami gizi buruk karena Udin yang terkena campak takutnya menularkan penyakit tersebut ke Ali. Dan Amir tidak perlu lagi mendapat imunisasi campak.
  2. Imunisasi campak untuk balita hendaknya menunggu hingga usianya 9 bulan dengan pertimbangan Ig maternal yang dapat menghambat kerja vaksin menurun.

DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, KG. 2002.   Imunologi Dasar Ed.5.  Jakarta: Penerbit FKUI.

Depkes R.I. 2009. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. http://www.depkes.go.id /index.php?option=news&task=viewarticle&sid=980&Itemid=2 (15 April 2009)
Ertel W, Kremer JP, Kenney J. 1995.  Down Regulation of Inflammatory Cytokine Release in Whole Blood from Septic Patients.

Guyton, Arthur C.M.D. ;Hall. John E.Ph.D. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC.
Susanto, CE.  Lima Persen Kasus Kematian Balita karena Penyakit yang Bisa Dicegah. 2007.  http//www.mediaindonesia.com. (11 Februari 2007).

Daftar Isi
  1. Pedoman Penulisan, Tugas Akhir, Program Diploma Tiga, AMIK BSI
  2. Pedoman Penulisan, Pedoman Teknis, Tugas Akhir, Mahasiswa Universitas Indonesia
  3. PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
  4. Contoh Skripsi Hukum Konsep Green Banking
  5. Pelaksanaan Pemberian Santunan, Korban Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, PT. Jasa Raharja, Kantor Pelayananan Cabang Banten
  6. Sejarah Berdirinya PT. Jasa Raharja (Persero)
  7. METODE PENELITIAN
  8. HASIL ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI
  9. Kesimpulan
  10. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP PURCHASE INTENTION MELALUI VARIABEL MEDIASI BRAND IMAGE PADA STUDI KASUS SMARTPHONE ASUS (ZENFONE)
  11. Analisis Harmoni dan Interpretasi Lagu "Corat-Coret" Karya Mochtar Embut
  12. Penataan dan penguatan organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
  13. Pengertian Global Positioning System (GPS) atau Navstar
  14. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian
  15. Cara-Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan Sehingga Mendapat Sebuah Kesimpulan
  16. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
  17. Kriteria Metode Ilmiah
  18. The Value-Added of Development Communication “Kampanye KB Oleh BPMPKB Provinsi DKI Jakarta”
  19. Skripsi Hukum Pidana Bab I Pendahuluan
  20. Skripsi Musik, Bentuk Musik, Fokus Permasalahan, Rumusan Masalah, Manfaat Penelitian, Pengertian Analisa Musik, Unsur-unsur musik, Harmoni, Tempo
  21. Pengelolaan Website, Internet dan Dunia Kerja, Aplikasi Website dalam Public Relations, Keuntungan Aplikasi Website, Internet Sebagai Media Publisitas, Mengelola Website, Efektivitas Website
  22. Apa Mitos Di Balik Pembuatan Skripsi
  23. Skripsi Tentang Kepemimpinan Perempuan Bab I
  24. Karya Tulis Tentang Imuninasi, Sistem Imun Dalam Tubuh Manusia, Antigen, Antibodi, Imunisasi dan Vaksinasi, Vaksin Campak
  25. Motivasi, Pengabdian pada Profesi, Kewajiban Sosial, Kemandirian, Hubungan Sesama Profesi, Keyakinan pada Profesi, Kualitas auditor 
  26. Telaah Pustaka Pengaruh Faktor-Faktor Akuntabilitas Auditor dan Profesionalisme
  27. Analisis Eksternal, Analisis Internal, Bisnis Model Kanvas, SWOT, TOWS Matrix, Manajemen Strategi, Aspek Operasional, Aspek Pemasaran, Aspek Sumber Daya Manusia
  28. Metodologi Penelitian, Jenis Penelitian, Objek Penelitian
  29. Profil Bisnis, Gambaran Umum Perusahaan, Visi, Misi, Logo Perusahaan, Makna Logo Perusahaan
  30. Analisis Lingkungan Bisnis, Analisis Pestel, Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi, Analisis 5 Forces Porter
  31. Implementasi Strategi, Membuat Perencanaan Strategis, Melakukan Pembenahan Internal, Mengembangkan media promosi
  32. Kesimpulan dan Saran, analisis internal dan eksternal
  33. Contoh Daftar Isi Skripsi
  34. Skripsi Public Relations dengan Judul Pentingnya Public Relations Untuk Pengembangan Bisnis
  35. Skripsi Virtual Private (VTN), Analisis Jaringan Virtual Private Network Point To Point Protokol
  36. Konsumsi Nasional Menuju Proses Penggelembungan (Bubble) yang Mengkhawatirkan
  37. Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian
  38. Pengaruh Etika Kerja, Komitmen Organisasi, Kinerja Pegawai, Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah
  39. Pedoman Penulisan, Pembimbingan dan Ujian Skripsi Pelita Bangsa
  40. Latar Belakang, India Melirik Kearah Timur, Orientasi Hubungan Antar Negara Kawasan Asia, Look East Policy (LEP)
  41. Contoh Tesis, Rumusan Masalah, Signifikansi Penelitian, kerjasama Mekong, Ganga Cooperation Initiative
  42. Era Kolonial Inggris, Pasca Kemerdekaan, Pasca Perang Dingin
  43. Penggunaan Media Inovasi Intraoral Camera, Teknologi Kedokteran Gigi, Tinjauannya Berdasarkan Perpektif Islam
  44. Uni Eropa dan Kebijakan Perfilman, Implementasi Kebijakan Perfilman Uni Eropa: Pembiayaan, Manajemen dan Regulasi
  45. Lahirnya Kebijakan Perfilman Eropa, Perdagangan Global, WTO dan Perfilman Eropa, Perkembangan Terkini Kebijakan Perfilman Eropa
  46. Pembiayaan untuk Perfilman, Bantuan Film Referensi, Bantuan Film Panjang, Bantuan Film Panjang, TV Broadcast Restrictions
  47. PERSAINGAN, KERJASAMA DAN REARSI NEGARA DALAM LINGKUP KEBIJAKAN PERFILMAN EROPA
  48. Kebijakan Film Uni Eropa berkembang antara kreativitas dan pasar, inheren terjepit antara seni dan perdagangan.
  49. Daftar Bacaan, Kebijakan Film Uni Eropa berkembang antara kreativitas dan pasar
  50. Pemicu Munculnya Reformasi Tahun 1998 
  51. Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian, Waktu dan Tempat Penelitian, Jenis Penelitian, Teknik Pengumpulan Data
  52. Landasan Teori, Teori Partai Politik
  53. Teori Partisipasi Politik
  54. Sejarah Ringkas Kelahiran PDI Perjuangan
  55. Kondisi politik PDI di bawah kekuasaan Orde Baru
  56. Visi dan Misi PDI Perjuangan
  57. Pengertian Public Area Section, Tugas dan Tanggung Jawab Public Area Attendant
  58. Persiapan Kerja Seorang Public Area, Standar penampilan, Standar perilaku dasar, Sikap Dasar, Syarat Khusus
  59. Analisis Literatur, Sejarah Asuransi di Dunia, Sejarah Asuransi di Indonesia, Tinjauan Umum Asuransi, Pengertian Asuransi, Jenis-Jenis Asuransi
  60. Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Price Earning Ratio Terhadap Nilai Perusahaan
  61. Kopi adalah salah satu minuman yang disukai dan banyak dikonsumsi di dunia
  62. Pengertian Kepailitan | Subjec dan Objek Kepailitan | Pihak Pemohon Pailit | Debitor pailit | Persyaratan Debitor dinyatakan Pailit | Perdamaian dalam PKPU
  63. Persyaratan Profesional Auditor | Tanggung Jawab Terhadap Profesi | Definisi Indepedensi Akuntan Publik
  64. Consumer Behaviour | Consumer Attitude | Analisis Perilaku Konsumen Dalam Pembelian Komputer Merek Acer
  65. Teknologi Internet Mempengaruhi Perkembangan Ekonomi | Pengaruh Orientasi Belanja Online | Pencarian Informasi Online
  66. Bahan PKL untuk Materi Perhotelan
  67. Skripsi Tentang Pangan, Tata Boga, Pengembangan Bisnis
  68. Protein, Masalah pada Protein Hewani, Berapa Banyak Protein, Keuntungan Protein Nabati, Komplementasi Protein
  69. Mutu Keberhasilan, Indikator Kebersihan Restroom, Definisi Kajian Hotel, Departemen-Departemen Yang Ada di Hotel
  70. Industri pariwisata di Indonesia sudah berkembang cukup pesat
  71. PENGARUH PENGAWET ALAMI DAN BUATAN PADA JAGUNG TERHADAP KESEHATAN TUBUH MANUSIA
  72. Cempedak sebagai Bahan Pangan Yang Multi Manfaat
  73. Fasilitas Hotel JW Marriott Jakarta
  74. Sejarah Singkat Hotel JW Marriott Jakarta, Struktur Organisasi Tata Graha di Hottel JW Marriott Jakarta
  75. Nama Alat Dan Obat Pembersih Serta Kegunaannya Untuk Hotel, Rumah Sakit 
  76. Cara Pengukuran Status Gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi
  77. Pengertian Maksud Tujuan dan Metode Penelitian | Jenis-Jenis Penelitian | Historis, Survey, Ex Post Factor, Eksperimen, Evaluasi, Pengembangan, Tindakan
  78. Penelitian Menurut Tempat, Lapangan, Kepustakaan, Laboratorium, Keilmiahan, Penelitian Pertanian, Penelitian Ekonomi, Fokus penelitian
  79. Fasilitas Yang Tersedia di Hotel Harris Untuk Meningkatkan Kepuasan Konsumennya
  80. Tugas dan Tanggung Jawab Tata Graha Departemen, Seksi-Seksi Pada Bagian Tata Graha, Seksi Linen dan pakaian seragam kerja (Linen dan Uniform section)
  81. Analisis SWOT, Strategi SO (Strenght and Opportunity), Strategi WO (Weakness and Opportunity), Strategi ST (Strength and Threat), Strategi WT (Weakness and Threat)
  82. Marketing Management, Marketing Mix, Distribution Channel, Segmented Marketing, Consumer Behaviour, Consumer Satisfaction, Customer Loyalty
  83. Pengertian Prosedur, Vendor, Piutang Usaha, Utang Usaha, Jenis-jenis Hutang, Pengendalian Internal Hutang Usaha, Tujuan Pemeriksaan Atas Hutang Usaha
  84. Gambaran Umum Perusahaan Kimia Farma, Arti Logo Kimia Farma, Struktur Organisasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
  85. Bisnis Utama Perusahaan dan Perkembangan Permintaan Konsumen
  86. Kerangka Konsep, Tradisi Penelitian, Perilaku, Landasan Teori, Komunikasi Massa, Komunikasi Konvensional, Intensitas Iklan, Brand Awareness
  87. Prosedur Pembuatan Film After Marriage
  88. Pengaruh Intensitas Iklan Netflix di Youtube, Harga dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Berlangganan di Kota Jakarta
  89. Destinasi Wisata Kota Ternate Maluku Utara
  90. Strategi Pemasaran Sosial Pada Program CSR Vaksin Covid-19
  91. Strategi Pencapaian, Pembuatan Aplikasi Pembangunan Kawasan Pedesaan
  92. Green Banking Penunjang Pembangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan lingkungan hidup bertujuan untuk Kelangsungan Perekonomian